Iklan

A PROCESS OF LEARNING FRIENDSHIP AND TRUST

Apa fondasi yang harus dibangun dalam sebuah keluarga?
Menikah adalah proses belajar menjalin persahabatan dan juga membangun kepercayaan terhadap pasangan. Dan proses belajar ini bisa terjadi dengan baik ketika masing-masing bisa belajar bagaimana berkomunikasi dengan baik, mengerti dan memahami karakter masing-masing, dengan rendah hati mau menerima saran dan teguran.
Ketika kita memasuki dimensi kehidupan yang baru, yaitu “pernikahan”, kita mulai menjalani kehidupan bersama seorang yang BUKAN diri kita. Dia dibesarkan dengan cara yang berbeda, dan cara berkomunikasi yang berbeda juga, karenanya komunikasi menjadi gampang-gampang susah.
Kebanyakan para suami merasa “Aku Kepala Keluarga” “Aku yang berkuasa” “Aku yang menentukan” sehingga ketika ada kesalahan yang dia lakukan, dia akan berusaha membela diri dan sangat sulit untuk mengakuinya. Teguran yg positif meski untuk kebaikannya, dia merasa itu adalah tuduhan yang memojokkan. 
Tapi sesungguhnya “Suami” merasa malu karena dibukakan kekeliruannya.
Dan jika proses ini tidak berjalan dengan baik, komunikasi tidak terbangun dengan benar, maka hubungan suami istri akan menjadi hambar dan hanya sekadar menjalankan tugas sebagai suami dan istri. Tidak ada kepercayaan (trust) yang terbangun apalagi romantisme dan keindahan hubungan suami istri.
Ada sepasang konselor pernikahan Les n Leslie Parrot dalam bukunya “Save Your Marriage Before Its Start” menuliskan ada 5 level konflik suami istri.

1. Subyeknya diri sendiri
"Aku capek ..." harapannya suami memberi perhatian.

2. Subyek diri sendiri + pasangan
"Aku capek ... kamu sih gak bantuin ! (mulai melibatkan pasangan)

3. Subyek pasangan – menghina, merendahkan, membandingkan dengan pasangan lain.
"Aku capek ... kamu sih gak bantu ... gak spt suaminya si A"

4. Subyek diri sendiri, tidak mau disalahkan.
"Aku jg capek ! ... kl nilai anak2 jelek ya kamu jg ikut tgg jawab!"

5. Membisu
(komunikasi stuck atau macet)
Sudah malas komunikasi

Sejak lahir kita sudah belajar bagaimana “berkomunikasi” (menangis, tertawa), saat kita kecil dan bisa berbicara kita juga belajar bagaimana “Ngomong” …. tetapi begitu menikah, kita merasa berkomunikasi menjadi sangat sulit.
Komunikasilah biang utama, pemicu semua masalah bahkan berujung pada perceraian.
Memang kita sudah belajar berbicara dan bertutur meski kadang tidak jujur, …… sejak dari kecil, kita sudah terbiasa bicara bahkan terbiasa bicara. 
Tapi apa yang kita sampaikan belum tentu bisa membangun dan memberi kekuatan bagi orang lain.

PANDANGAN TEOLOGIS dalam komunikasi
Komunikasi Sebelum Jatuh Dalam Dosa
Sebelum manusia jatuh dalam dosa, manusia berkomunikasi dg indah sekali. 
Adam berkata kepada Hawa : “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki”     
Kejadian 2:23

Komunikasi Setelah Jatuh Dalam Dosa
Setelah Adam Hawa jatuh dalam dosa, Kejadian 3:12-13
Manusia itu menjawab : ”Perempuan yang Kau tempatkan disisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.”

Bagaimana dengan pola komunikasi Anda. Di level berapakah komunikasi Anda?


Kolose 3:14-20 (TB)
Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.

Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.

Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.  

Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.

Setelah kita mengikatkan kasih dan damai sejahtera dan perkataan Kristus diam dg segala hikmatNya dalam kita ...

Maka ayat dibawah ini akan dengan mudahnya "hidup" *terealisasi*dalam keseharian rumah tangga kita. Dan keluarga kita hidup dalam perkenan Allah.

Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan.

Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. 

Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan.

0 Response to "A PROCESS OF LEARNING FRIENDSHIP AND TRUST"

ABOUT THIS BLOG

Beleza

Renungan Harian

Cari Blog Ini

Blog Archive

Cari Blog Ini

Top Social

Follow this blog with bloglovin

Follow this blog with bloglovin

Latest Pin

Recent Post