Iklan

BAPAK YANG MEMBUANG ANAKNYA?

Efs 6:4, Luk 15:1-2

Dalam masa Covid-19 ini ada satu drakor yang cukup ramai ditonton terutama dikalangan bisnis, drakor ini keluar dari mainstream drakor-drakor yang selama ini sudah ada. Karena bagi para pecinta film SPOILER IS CRIME, maka ijinkan saya hanya memberikan spoiler berkaitan dgn renungan kita semiggu ini. 
ITAEWON CLASS adalah drakor korea yang dapat ditonton di jaringan NETFLIX. 
Seorang pemuda yang idealis yang menjadi musuh bebuyutan seorang pebisnis ternama penguasa gerai makanan tertanam di Korea Selatan. Permusuhan dimulai terjadi karena pertikaian si pemuda dengan anak bigboss yang kebetulan satu kelas. Kematian ayahnya karena tertabrak oleh si anak bigboss menimbulkan dendam dan amarah dari si pemuda ini hingga akhirnya harus masuk dipenjara karena memukuli anak si boss. Dalam penjara si pemuda meskipun marah dan menganggap musuh si Big Boss, tetapi dia terinspirasi dengan kisah kesuksesan si Big Boss. Akhirnya si pemuda sekeluarnya dari penjara mulai melakukan berbagai aksi dengan visi menghancurkan bisnis si Big Boss. Ketika si Big Boss berada dipersimpangan jalan antara mempertahankan kesuksesan bisnis atau anaknya, si Big Boss lebih memilih egonya sehingga sampai 2 kali "membuang" anaknya, supaya nama besar dan kesuksesan dirinya tidak jatuh. Sementara disisi lain si pemuda pada suatu titik rela membuang ego dan ambisinya untuk menyelamatkan teman-teman dan pacarnya yang menurutnya lebih berharga daripada bisnis dan ambisinya. Kalau bisa nontonnya jangan di skip, karena drama ini tidak bertele-tele dan isi percakapan antar peran sangat penting untuk memahami cerita dengan baik. 


Bagaimana dengan Allah dalam kasus Kain ? Apakah Bapa membuang Kain ??
Jika kita membandingkan dengan Perumpamaan yang hilang, kita bisa melihat bahwa sebenarnya Tuhan merindukan pertobatan dari seorang Kain. Ya Kain telah berbuat dosa dan harus dihukum, tetapi dalam proses penghukuman itu diharapkan Kain bertobat dan kembali kerumah Bapa sama seperti Anak bungsu yang menyadari dirinya telah jatuh didalam dosa sehingga telah beradu makan dengan para babi.  
Dalam kitab kejadian dua kali Bapa disurga telah mengusir anaknya. Yang pertama ketika Adam dan Hawa diusir dari Taman Eden dan yang kedua, Kain diusir menjadi pengembara.
Apakah Bapa disurga demikian jahat, sehingga membiarkan kita anak-anak ciptaanNya, jatuh dalam dosa, mengalami penderitaan, kemalangan, musibah dan beraneka macam masalah dalam hidup ini ?
Bagi yang tidak memandangnya dengan baik (yatab) maka banyak yang menjadi marah, meninggalkan Tuhan , menjadi mualaf atau bahkan ateis. Kemarahan ini ditimbulkan oleh rasa kehilangan apa yang berharga bagi kita, sehingga kita menumpahkan kemarahan itu kepada Tuhan. JAdi Bapa Disurga tidaklah pernah membuang anaknya, bahkan Tuhan secara aktif mendatangi Kain supaya Kain tidak berdosa, mengkonseling Kain. Tentu Tuhan harus menghukum Kain dan Adam, Hawa tetapi disisi lain jika kita melihat Luk 15 Bapa disurga menunggu pertobatan dari Kain. 
Btw, pengajaran yang menyatakan bahwa sejak manusia makan buah pengetahuan Baik dan Jahat, maka manusia menjadi terpisah dengan Allah adalah salah, buktinya Tuhan masih sering berhubungan dengan Adam dan Hawa, bahkan tetap mendatangi Kain yang melakukan Dosa pertama di Bumi ini. 
Lalu siapa yang membuang Kain ? Kain terbuang oleh ketakutannya sendiri dan oleh penolakan dari lingkungannya karena Dosa pembunuhan yang dilakukannya. 
Demikian juga yang terjadi pada lukas 15, si anak bungsu pergi jauh dan enggan kembali, disisi lain Anak sulung juga menolak keberadaan Si bungsu didekatnya. 
Hubungan telah rusak dan sulit dipulihkan, semua membutuhkan waktu untuk mengobati hati-hati yang telah terluka. Tetapi keterlukaan yang terbesar adalah keterlukaan seorang anak yang merasa dibuang oleh ayahnya sendiri. Oleh karena itu Paulus menasehati Jemaat Efesus supaya para Bapak-Bapak tidak membangkitkan amarah didalam hati anak-anak kita. Ketika si anak marah kepada Bapake maka seluruh jati diri dan rasa berharganya juga ikut runtuh, semua apa yang dipercayai selama ini yang berasal dari si sumber juga ikut hancur dan menempatkan si anak dalam rasa tak berharga yang dalam, hingga makan makanan babipun tidak sadar.  
Sebagai penutup, Tuhan Yesus mengkritik Kaum anak Sulung yg diwakili oleh Ahli Taurat dan Fanisi, karena penolakan mereka terhadap orang berdosa dengan kalimat "adiikmu telah mati tetapi hidup kembali, telah hilang tetapi didapat kembali". Fokusnya yang Tuhan minta adalah hubungan yang dipulihkan kembali. Segala kebaikan dan ketaatan Anak sulung pada Bapa masih kalah pentingnya dengan kembalinya si bungsu ke pelukan si Bapa. 
Demikian juga didalam dunia ini kita melihat ada dua golongan orang, golongan anak sulung yang merasa paling benar, paling baik, paling hebat, paling berkuasa dan golongan anak bungsu yang merasa terbuang, miskin, tak berdaya, dan tak dihargai. Tuhan telah kehilangan dua anak ini, makanya Tuhan Yesus datang untuk menebus dosa kita semua, untuk membangun hubungan baru yang tidak lagi membutuhkan upacara pengorbanan, ritual agama dan aneka kemunafikan yang dibangun oleh kaum agama telah menjadi tembok yang besar bagi golongan lainnya sehingga mereka memilih untuk pergi dan muak dengan semua tembok penolakan tersebut. Kemarahan Tuhan di Maleakhi menunjukkan betapa kemunafikan orang yang beragama telah mengecewakan hatinya dan DIA berjanji untuk mengembalikan hati anak-anak yang kecewa dan penuh amarah kepada Bapaknya, dapat memperoleh pemulihan kembali dengan Bapaknya.  
Bapa di Surga membalas kekecewaan manusia kepada Bapa, dengan mengorbankan anakNya sendiri supaya anak-anak yang hilang ini bisa kembali kepada Tuhan. 

(Jefri - Fani)

0 Response to "BAPAK YANG MEMBUANG ANAKNYA?"

ABOUT THIS BLOG

Beleza

Renungan Harian

Cari Blog Ini

Blog Archive

Cari Blog Ini

Top Social

Follow this blog with bloglovin

Follow this blog with bloglovin

Latest Pin

Recent Post