KEMEDERKAAN SEJATI
2 Korintus 3 : 16 – 17 Tetapi apabila hati seorang berbalik kepada Tuhan, maka selubung itu diambil dari padanya. Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan.
Roh Allah / Roh Kudus ada di hati kita. Artinya Jika Roh Allah ada di hati kita maka diri kita sudah merdeka dan ada kemerdekaan dalam hidup kita. Ada banyak kesaksian bahwa sejak bertobat dan menerima Tuhan Yesus, apalagi menerima Roh Kudus, hidupnya serasa menjadi merdeka. Apalagi rajin banget ikut ibadah apapun, persekutuan apa saja, komunitas rohani di manapun di datangi. Maka rasanya sudah berjalan dalam kemerdekaan penuh. Ada banyak kebiasaan buruk dan dosa dapat hilang sejak bertobat itu.
Sayangnya dan anehnya beberapa waktu kemudian, perlahan-lahan dosa dan kebiasaan buruk itu muncul lagi. Dimulai dari setitik, lama-lama makin besar, akhir kembali lagi terikat. Sampai suatu saat ada momentum rohani, bertobat lagi. Beberapa kemudian terikat lagi. Ada begitu banyak orang yang mengalami siklus seperti ini. Pertanyaannya, apakah ini adalah kemerderkaan ?
Banyak orang beranggapan bahwa dia akan bisa benar-benar merdeka jika situasi, kondisi, lingkungan, terutama pasangan harus menciptakan suasana yang mendukung. Misalnya, jika kita sedang doa puasa, maka seisi rumah dan tetangga harus mendukung dengan cara tidak boleh ada yang masak, tidak boleh ada makan terlihat di dalam rumah, tetangga tidak boleh masak, sebab kalau masak, nanti harumnya masakan tercium dan dapat menggagalkan doa puasa kita. Maka seandainya gagal doa puasanya, maka menuding orang lain sebagai penyebabnya. Apakah ini sebuah kemerdekaan ?
Galatia 5 : 1 Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.
Memang kita telah dimerdekakan setelah tertobat dan percaya Tuhan Yesus. Namun dalam hidup selanjutnya dijalankan dengan melakukan ritual rohani bukan persekutuan pribadi dengan Roh Kudus. Ritual rohani itu misalnya komunitas rohani, kegiatan rohani segala macam rohani, pokoknya semua hal bersifat ibadah diikuti. Tetapi tidak punya hubungan pribadi dengan Tuhan melalui Roh Kudus. Karena ritual rohani tidak memiliki kekuatan untuk mengisi kemerdekaan kita. Hanya persekutuan pribadi dengan Roh Kudus yang akan memberi kekuatan untuk hidup dalam kemerdekaan.
Sudah 3 tahun ini sejak saya sakit, saya membangun persekutuan pribadi tiap pagi. Gaya nya sih pengen ikut teladan Tuhan Yesus yang pagi-pagi buta sudah berdoa. Mula-mula sok ikut-ikutan, tapi malah terbangun kebiasaan baru yang sampai sekarang terjadi. Saya tidak muluk-muluk melakukannya berjam-jam. Cukup 1 jam tau lebih. Berdoa, baca Firman, melatih bersekutu dengan Roh Kudus untuk mendengar suara Tuhan. Setelah itu saya ikut doa Fajar OL, lalu doa sepakat dengan istri. Dilanjutkan dengan latihan olah raga.
Ketika saya sakit, saya harus menghentikan makan bakmi yang menjadi makanan paling favorit, dan minum teh yang sudah menjadi keranjingan. Sebelum sakit, setiap hari sedikitnya 2 teko besar teh yang pekat harus menjadi minuman. Kalau makan mie setiap hari. Berhubung sakit, saya harus menghentikan semua kebiasaan itu.
Setelah sembuh beberapa bulan kemudian, sebenarnya boleh sih makan bakmi atau minum teh. Anehnya sejak saat itu sampai sekarang saya amat sangat jarang makan bakmi, dan minum teh hanya sesekali kalau makan di luar. Padahal jika saya makan dengan istri, sering kali istri saya makan mie, tetapi saya bisa mengendalikan diri tidak makan mie bahkan untuk sekadar mencoba.
Jadi baik istri atau anak atau teman, atau siapa saja makan mie di warung bakmi, saya tidak makan mie atau mencoba, saya mampu memilih makan lain selain mie. Jadi situasi, kondisi, lingkungan apa pun saat itu, tidak mempengaruhi saya untuk kembali makan mie.
Saya coba merenungkan kenapa bisa seperti itu ? Akhirnya jawabannya adalah karena secara konsisten adanya hubungan pribadi dengan Roh Kudus, kekuatan Roh Allah itu menolong saya. Juga saya menaklukkan daging saya yang setiap jam 4 pagi melakukan persekutuan dengan Roh Kudus.
Contoh ini mungkin remeh temeh banget. Hanya soal makan mie dan minum teh. Bukan hal spektakuler atau perkara besar. Hanya soal remeh dan bukan sesuatu kendala bagi orang lain. Namun selain 2 hal itu, ada hal-hal lain yang sebelumnya sulit dilakukan, menjadi bisa dilakukan. Dalam hubungan suani istri ada hal-hal yang dulu selalu menjadi pusaran konflik berangsur dapat dikendalikan.
Kemerdekaan sejati tidak bisa instan dan terus berlangsung abadi. Kemerderkaan itu harus diperjuangkan untuk mempertahankan kemerdekaan itu sendiri. Tanpa perjuangan kemerdekaan itu bisa hilang dan kembali kepada kuk perhambaan dosa lagi.
(Hanbeng - Lydia)
0 Response to "KEMEDERKAAN SEJATI"