KEMULIAAN DAN KEBANGKITAN
Yohanes 8:54 Jawab Yesus: "Jikalau Aku memuliakan diri-Ku sendiri, maka kemuliaan-Ku itu sedikitpun tidak ada artinya. Bapa-Kulah yang memuliakan Aku, tentang siapa kamu berkata: Dia adalah Allah kami,
Pada umumnya orang sangat senang jika ada yang mengatakan Kemuliaan Tuhan datang padanya. Rasanya mencapai alam rohani tertinggi karena banyak yang mengatakan bahwa orang melihat Kemuliaan Tuhan atas hidup kita. Kita menjadi merasa berbeda dengan orang lain. Karena kita mendapat kemuliaan Tuhan, belum tentu orang lain bisa mendapatkannya, itu kan tandanya saya ini hebat loh, sampai mendapat Kemuliaan Tuhan.
Itulah kira-kira pendapat sebagian besar orang.
Mungkin kita lupa bahwa Tuhan Yesus dimuliakan setelah Dia mengalami Getsemani, Via Dolorosa, Golgota, dan Kuburan Yusuf Arimatea. Setelah Kebangkitan Tuhan Yesus, barulah Kemuliaan Tuhan Yesus menjadi nyata, bahkan semua nama tunduk di bawah namaNya, kunci Kerajaan Maut direbut dan ada dalam tanganNya. Inilah Kemuliaan Tuhan Yesus yang sejati setelah mengalami semua penderitaan dan kebangkitan. Tuhan Yesus harus menjalan semua jalan Tuhan sampai mencapai Kemuliaan Nya.
Bercermin dari Tuhan Yesus, ternyata semua tokoh Alkitab juga mengalami hal yang mirip, mengikuti Jalan Tuhan, mengalami penderitaan dan matinya ego, bangkit dari penderitaan, baru kemuliaan itu nyata.
Sebut saja Yusuf, lalu ada Daud, Musa, Yosua dan sebagainya. Mereka juga mengalami begitu banyak penderitaan ketika berjalan dalam Jalan Tuhan. Ternyata berjalan dalam rencana Tuhan itu tidak mudah. Di situ ada penderitaan, kesulitan, kesakitan, air mata, keringat dan darah. Setelah semua itu, barulah kemuliaan itu mereka dapatkan dari Tuhan.
Jadi tidak ada Kemuliaan Tuhan dinyatakan jika tidak ada kebangkitan, tidak ada kebangkitan jika tidak kematian, tidak ada kematian jika tidak ada penderitaan, tidak ada penderitaan kalau tidak hidup dalam jalan dan rencana Tuhan.
Pernikahan adalah rencana Tuhan dan sebuah perjalanan. Karena itu tidak heran dalam pernikahan terjadi banyak penderitaan, karena sebuah perjalanan tidak selalu mulus, selalu ada penghalang. Salah satu pebghalang terbesar adalah ego masing-masing. Ketika ego tersinggung terasa sebagai sebuah penderitaan. Penderitaan ini sanggup membuat suami / istri putus asa, tertunduk, lemah, lesu, putus harapan.
Hanya saja jangan berhenti di sana. Jika sedang mengalami ini, jangan berdiam diri. Lakukan sesuatu seperti yang Tuhan Yesus lakukan. Sebelum Ke Golgota, Tuhan Yesus masuk ke Getsemani. Di sinilah sebenarnya pertarungan habis-habisan melepaskan ego. Sampai 3x Tuhan mengajukan permohonan, “Jika boleh cawan ini lalu…” inilah permohonan paling serius di tengah ketakutan yang luar biasa. Untuk mengucapkan 3x, “jangan kehendakKu Bapa, melainkan kehendakMu yang jadi…” memerlukan keringat darah. Setelah Getsemani diatasi, makan Golgota terjadi dengan sukses. Dan kebangkitan tidak dapat dibendung lagi. Tuhan Yesus dimuliakan dalam Kebangkitan.
Yesaya 60:1-5 Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu. Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu. Bangsa-bangsa berduyun-duyun datang kepada terangmu, dan raja-raja kepada cahaya yang terbit bagimu. Angkatlah mukamu dan lihatlah ke sekeliling, mereka semua datang berhimpun kepadamu; anak-anakmu laki-laki datang dari jauh, dan anak-anakmu perempuan digendong. Pada waktu itu engkau akan heran melihat dan berseri-seri, engkau akan tercengang dan akan berbesar hati, sebab kelimpahan dari seberang laut akan beralih kepadamu, dan kekayaan bangsa-bangsa akan datang kepadamu.
Ayat di atas ada 2 hal yang sepertinya menggambarkan keadaan seseorang sedang tidak baik-baik saja. Yaitu Bangkitlah dan angkatlah kepalamu. Bangkit bisa saja dalam keadaan mati, atau jatuh, terpuruk. Angkatlah kepala artinya dalam keadaan tertunduk, tanpa harapan, tidak mampu menatap dunia, bahkan tidak mau memandang ke atas mencari Tuhan.
Keadaan dunia saat ini juga tidak baik-baik saja. Tapi justru di sinilah kesempatan untuk bangkit, karena Kemuliaan ada atas kita. Justru di saat inilah terang kita akan terlihat oleh dunia dalam kekelaman, jika kita bangkit dan mengangkat kepala. Karena terang Tuhan terbit bagi kita, dan kemuliaanNya menjadi atas kita.
Saya pernah mengalami keterpurukan selama pandemi. Seperti ayat itu, saya juga dalam posisi jatuh terpuruk, kepala selalu tertunduk lesu, karena seakan-akan tidak ada harapan. Tidak ada terang, tidak ada jalan. Beberapa saat dalam keadaan itu, saya disadarkan Roh Kudus untuk melakukan Getsemani. Ternyata melakukan Getsemani yaitu berdoa pribadi di pagi-pagi buta, pada saat terpuruk adalah kemustahalan. Maka perlu ada ego yang dimatikan. Dengan susah payah membangun Getsemani.
Ketika Getsemani menjadi kebiasaan, dan akhirnya menjadi budaya baru, apakah persoalan selesai dan kemuliaan Tuhan nyata ? Belum. Tapi setelah getsemani menjadi budaya, maka Roh Kudus membantu saya untuk membongkar semua hal yang tersembunyi, yang saya lupa atau malah tidak tahu, yang menjadi penghalang saya di kemudian hari. Roh Kudus membereskan semua beban masa lalu saya yang tersembunyi.
Dalam Getsemani, saya bebas mengutarakan semua perasaan, air mata, kemarahan, kekecewaan. Karena saya tahu bahwa saya sekarang adalah AnakNya karena penebusan Tuha Yesus. Saya memiliki Bapa, sehingga seorang anak dapat mengutarakan apa saja dengan jujur di hadapan Bapanya. Hanya dekat Tuhan saja, saya menjadi tenang.
Karena tenang itulah, hubungan saya dengan istri juga lebih tenang, rileks dan lebih santai.
Sampai suatu titik, ketika Bapa melihat waktunya telah tiba, Dia menjawab doa saya. Ternyata setelah jawaban doa saya, Firman Tuhan dari Yesaya 60:1-5, mulai dinyatakan. Perlu diketahui, setiap pagi saya membaca Yesaya 60 dan 61, Yesaya 40:29-31.
Bangkitlah ! Kemuliaan Tuhan terbit atasmu.
(Hanbeng - Lydia)
0 Response to "KEMULIAAN DAN KEBANGKITAN "