TUHAN SEBAGAI DASAR DAN PUSAT DARI SEGALA SESUATU

"Sebab kita hidup, bergerak, dan ada di dalam Dia. Seperti dikatakan oleh salah seorang pujangga bangsa Saudara: 'Kita adalah anak-anak Allah'. (Kis 17:28)

Dengan demikian menegaskan bahwa keberadaan dan kehidupan kita sepenuhnya bergantung kepada Allah, dan kita adalah ciptaan-Nya.

Setiap pasangan diingatkan bahwa dalam Pernikahan, Pasangan Suami Istri hidup dan bergerak dalam Tuhan. Hal ini mengandung makna hubungan Suami Istri tidak hanya bersifat horizontal (antara satu sama lain) tetapi juga vertikal (Suami-Istri dengan Tuhan). 

1. Bergantung sepenuhnya kepada Allah: Suami istri harus menyadari bahwa hidup mereka, termasuk di dalam Pernikahan, merupakan anugerah Tuhan. Semua yang mereka lakukan, baik dalam membangun rumah tangga maupun dalam menghadapi tantangan, seharusnya dilakukan dalam kesadaran bahwa Allahlah yang memberi kekuatan, hikmat, dan bimbingan.

2. Identitas sebagai anak-anak Allah: Sebagai anak-anak Allah, Suami Istri memiliki identitas yang luhur dan mulia. Ini seharusnya mempengaruhi cara pandang dalam melihat diri sendiri dan Pasangannya. Suami Istri saling menghormati dan menghargai sebagai ciptaan Allah yang berharga.

3. Kesatuan di dalam Kristus: Suami istri menyadari bahwa mereka "hidup, bergerak, dan ada di dalam Dia". Hal ini menempatkan Allah di pusat hubungan mereka. Yang tercermin dalam Doa Sepakat, membaca Alkitab bersama, dan dalam setiap keputusan-keputusan penting yang mereka ambil, mendahulukan kehendak Tuhan.

Di dalam kehidupan sehari-hari, Pasangan Suami Istri akan senantiasa berusaha menjadikan Tuhan sebagai dasar dan pusat dari segala sesuatu, baik dalam suka maupun duka. Dengan demikian, Pernikahan mereka akan menjadi gambaran dari Kasih dan Kehendak Kristus.

TYM

(Awang - Devi)

Tweet