KEMURNIAN HATI
Titus 1:15,"Bagi orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan bagi orang tidak beriman, suatupun tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati mereka najis."
Pernikahan adalah ikatan suci yang Tuhan rancang untuk mencerminkan kasih-Nya (Efesus 5:31-32). Namun, keindahan pernikahan bisa ternoda jika pasangan membiarkan hati nurani mereka dikotori oleh kepahitan, ketidakjujuran, atau egoisme. Titus 1:15 mengingatkan bahwa kemurnian hati nurani menentukan cara kita memandang pasangan dan hubungan kita.
Bagi pasangan yang hatinya bersih, setiap perkataan, tindakan, dan konflik dilihat sebagai kesempatan untuk bertumbuh dalam kasih. Sebaliknya, jika hati dikuasai oleh prasangka, dendam, atau ketidaksetiaan, bahkan hal kecil pun bisa memicu pertengkaran.
Misalnya:
1. Kritik yang seharusnya membangun dianggap sebagai serangan.
2. Pengampunan dianggap kelemahan, bukan kekuatan.
3. Komitmen dinilai sebagai belenggu, bukan berkat.
Mari kita bersama saling mengevaluasi diri : "Apakah aku masih menyimpan kepahitan, ketidakjujuran, atau keinginan yang tidak kudus terhadap pasanganku?" Mintalah Tuhan menyucikan hati kita (Mazmur 139:23-24).
Pernikahan yang sehat dibangun di atas kejujuran dan keterbukaan. Jangan biarkan dusta atau sikap menyembunyikan kesalahan merusak kepercayaan (Efesus 4:25).
Jika hati nurani kita bersih, kita akan melihat pasangan sebagai anugerah Tuhan—bukan sebagai musuh atau sumber kekecewaan. Pilihlah untuk mengasihi dengan tulus (1 Petrus 4:8).
Bangun pernikahan di atas prinsip kebenaran Allah, bukan emosi sesaat. Renungkan firman bersama agar hubungan semakin kokoh (Matius 7:24-25).
Pernikahan adalah cermin hubungan Kristus dengan gereja. Ketika hati nurani kita bersih, kasih kita kepada pasangan akan semakin serupa dengan kasih-Nya—tanpa syarat, setia, dan penuh pengorbanan. Mari jaga kemurnian hati, karena dari situlah kehidupan pernikahan yang berbuah bermula.
(Harif - Monika)
0 Response to "KEMURNIAN HATI"