SUKACITA YANG KEKAL
"Orang yang menuai menerima upah, dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita." (Yohanes 4:36).
Ayat ini adalah bagian dari percakapan Yesus dengan murid-murid-Nya setelah perjumpaan-Nya dengan perempuan Samaria di sumur Yakub. Konteks ini sangat penting untuk memahami makna sukacita dalam menuai.
Tuhan Yesus baru saja membuka mata murid-murid-Nya pada sebuah kenyataan rohani yang lebih besar: ladang sudah menguning dan siap untuk dituai. Ladang ini bukanlah ladang gandum secara harfiah, melainkan jiwa-jiwa manusia yang haus akan kebenaran. Perempuan Samaria yang baru saja bertobat adalah bukti nyata dari pekerjaan penaburan yang sudah dilakukan, dan kini saatnya untuk menuai.
Ayat ini menegaskan bahwa ada upah bagi orang yang menuai. Upah ini bukanlah sekadar imbalan materi atau pujian manusia, melainkan sesuatu yang jauh lebih berharga: mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal. Ini adalah tentang melihat jiwa-jiwa diselamatkan, diubahkan, dan dibawa masuk ke dalam kerajaan Allah. Sukacita yang lahir dari menyaksikan seseorang menemukan keselamatan adalah sukacita yang abadi, yang melampaui segala sukacita duniawi.
Poin penting lainnya dalam ayat ini adalah: "sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita." Seringkali, dalam pekerjaan pelayanan, kita cenderung memisahkan peran penabur dan penuai. Ada yang merasa hanya bertugas menabur benih Injil, dan ada yang merasa hanya bertugas untuk menuai. Namun, Yesus menunjukkan bahwa dalam pekerjaan Allah, ada kesatuan tujuan. Penabur mungkin telah bekerja keras, dalam doa dan pengorbanan, tanpa melihat hasil langsung. Penuai, di sisi lain, mungkin datang dan melihat buah yang sudah siap dipanen. Namun, keduanya memiliki bagian dalam sukacita yang sama, karena mereka adalah bagian dari satu proses ilahi.
Ayat ini mengajarkan kita kerendahan hati dan penghargaan satu sama lain. Tidak ada peran yang lebih tinggi atau lebih rendah. Semua adalah bagian dari rencana besar Allah. Ketika kita bekerja sama dalam kasih dan persatuan, sukacita itu berlipat ganda. Sukacita penabur adalah melihat benih yang ia tanam berbuah, meskipun ia tidak langsung memanennya. Sukacita penuai adalah melihat hasil dari benih yang telah ditaburkan, meskipun ia tidak menaburnya sendiri.
*Doa: Tuhan Yesus berilah kami, hati yang dipenuhi dengan kasih Ilahi. Dimampukan untuk terus bersaksi di lingkungan hidup kami, mulai dari keluarga, pekerjaan, dan masyarakat. Jadikan kami saksi-Mu yang benar.
Dalam nama Tuhan Yesus. Amin.
(Soendoro - Imelda)
0 Response to "SUKACITA YANG KEKAL"