Iklan

DISIPLIN (1)

Mendidik anak-anak tidak terlepas dari disiplin.
Dengan menerapkan disiplin yang benar dan tidak memanjakan anak, kita menolong mereka memiliki ketahanan, nilai-nilai, skill, dan dasar2 yang diperlukan untuk hidupnya di masa depan (Ibr 12:6-8)
Kita bisa melihat contoh Imam Eli yang gagal mendidik dan menerapkan disiplin pada anak-anaknya.

Ajarlah anak2 kita untuk mengandalkan Tuhan. Berilah mereka tanggung jawab dan pembagian tugas dalam keluarga yang akan menolong mereka untuk mandiri dan terbiasa bertanggung jawab melakukan bagian mereka dalam mencapai tujuan bersama, baik di keluarga maupun di masyarakat (Ams 29:15, Ibr 12:11).

Kunci dari disiplin yang efektif adalah KONSISTENSI. Alkitab mengajarkan: Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya. Jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih daripada itu berasal dari si jahat (Mat 5:37)

Banyak orang tua yang cenderung permisif ketika perasaannya sedang baik (usaha lancar, hubungan suami isteri baik, dll.), tetapi cenderung galak dan marah berlebihan ketika perasaannya sedang tidak baik (masalah keuangan, bertengkar dengan pasangan, dll.).
Atau Ayah & Ibu tidak 1 suara dalam memberikan keputusan (Ayah bilang tidak boleh, Ibu bilang boleh. Ibu marah, Ayah membela), terkadang sampai2 anak bisa mengadu domba orang tua.
Ketidakkonsistenan ini yang membuat anak bingung dan disiplin menjadi tidak efektif.

Peraturan yang konsisten artinya: peraturan yang berlaku diambil bersama-sama sebagai keluarga, dengan konsekuensi yang disepakati bersama, dan ditaati oleh setiap anggota keluarga tanpa kecuali secara konsisten dan adil.
Jadi, disiplin seharusnya tidak dipengaruhi oleh emosi ataupun pemuasan ego orang tua semata.

Dalam metode disiplin yang konsisten dan adil, hadiah maupun hukuman adalah konsekuensi logis dari tindakan yang tulus dan tidak bersyarat, bukan motivator yang mengiming-imingi anak untuk melakukan sesuatu atau mengancam anak supaya tidak melakukan sesuatu.

Metode disiplin dengan hanya reward dan punishment ini sudah diakui dan terbukti tidak efektif karena memberikan motivasi yang salah dan bersyarat, sehingga hasilnya pun tidak permanen dan sangat bergantung pada keberadaan reward dan punishment yang ditawarkan.
Sedangkan peraturan yang adil dan konsisten akhirnya akan menjadi kebiasaan dan menjadi nilai-nilai yang terserap dalam kehidupan anak2. 
Nilai positif lainnya adalah kedekatan, kebersamaan, dan kepekaan yang tercipta dari seluruh proses disiplin itu sendiri.

Misalnya, hadiah ketika anak naik kelas dengan nilai baik adalah wujud apresiasi orang tua atas usaha anak, bukan keharusan atau iming-iming supaya anak mau belajar, dan anak mengerti kewajibannya untuk belajar adalah untuk masa depannya sendiri.
Demikian pula hukuman adalah konsekuensi karena pelanggaran yang dilakukan. Misalnya, nilai ulangan anak jelek karena kemarin tidak belajar. Maka konsekuensinya adalah hari ini anak tidak boleh menonton TV karena harus belajar untuk persiapan ulangan remedial besok.

Dalam renungan besok, kita akan membahas lebih lanjut tentang hukuman/metode disiplin yang sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan.

Ibrani 12:8 - Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.

0 Response to "DISIPLIN (1)"

ABOUT THIS BLOG

Beleza

Renungan Harian

Cari Blog Ini

Blog Archive

Cari Blog Ini

Top Social

Follow this blog with bloglovin

Follow this blog with bloglovin

Latest Pin

Recent Post