MEMANDANG TUHAN SEBAGAI MAJIKAN ATAU SUAMI?
By
sianny
—
Selasa, 25 Oktober 2016
—
Add Comment
—
Daily Bread,
http://momentofunity.org,
Moment of Unity,
MoU Indonesia,
Renungan Harian
Bacaan : Hosea 2:15-22
Hosea membawa kita pada sebuah realitas yang mengejutkan tentang Tuhan yang memandang umatNya seperti seorang suami memandang isterinya. “Maka pada waktu itu,” demikian Firman Tuhan, “engkau akan memanggil Aku: Suamiku, dan tidak lagi memanggil Aku: Baalku! . . . Aku akan menjadikan engkau istriKu dalam kesetiaan (Hosea 2:15, 19a). NIV menerjemahkan “Baalku” sebagai “tuanku”. Pikirkanlah perbedaan antara “suami” dan “tuan” (majikan), maka gambaran yang jelas akan muncul dalam pikiran anda. Tuhan ingin hubungan dan kepatuhan kita kepadaNya dimotivasi oleh kasih dan keintiman, bukan oleh rasa takut; didasarkan pada kesetiaan hubungan yang melibatkan Tuhan dan manusia, bukan pada kesetiaan melakukan “aturan-aturan” tertentu yang sebenarnya tidak dipahami. Hasrat seorang suami terhadap isterinya tidaklah dimiliki oleh seorang majikan terhadap budaknya.
Bagaimana cara anda memandang Tuhan: Seperti seorang majikan ataukah seorang suami ?
Alasan Tuhan menjadi manusia adalah supaya kita bisa mengenalNya. Selaras dengan hal itu, Tuhan juga menciptakan pernikahan bukan sekadar untuk memberi kita cara yang menyenangkan dalam memenuhi bumi, atau untuk membuat sebuah institusi yang kokoh dalam masyarakat bagi kebaikan manusia. Dia menempatkan pernikahan di antara umat manusia sebagai salah satu dari sekian banyak “penunjuk jalan” untuk mengarahkan kita pada keberadaanNya yang kekal.
0 Response to "MEMANDANG TUHAN SEBAGAI MAJIKAN ATAU SUAMI?"