PERAN SUAMI ISTRI SESUAI FIRMAN TUHAN
By
sianny
—
Minggu, 19 Februari 2017
—
Add Comment
—
Daily Bread,
http://momentofunity.org,
Moment of Unity,
MoU Indonesia,
Renungan Harian
Ester 1
Ester 1 merupakan sebuah prolog dan sebab musabab,Ester kelak menjadi Ratu Kerajan Media Persia. Pada waktu itu penguasa “dunia” adalah Kerajaan Media Persia dengan Rajanya yang bernama Ahasyweros.
Dikisahkan Raja Ahasyweros mengadakan pesta selama 180 hari atau 6 bulan. Pesta ini luar biasa karena berlangsung lama, mewah, dan sangat ramai. Raja memamerkan semua kebesaran kepada semua pembesar bawahannya. Bahkan pesta ditutup dengan tambahan 7 hari lagi. Sementara itu, Ratu Wasti, Permaisuri Raja, juga mengadakan pesta tandingan khusus untuk istri para pembesar tersebut.
Dalam saat akhir pesta itu, ketika Sang Raja sedang riang hatinya karena pengaruh minum anggur, memerintahkan memanggil Ratu Wasti untuk memamerkan kecantikannya. Raja ingin memperlihatkan dan membanggakan istrinya kepada semua pembesarnya. Pada jaman itu wajah Raja dan Ratu, tidak boleh dilihat sembarangan orang. Namun kali ini, raja ingin membanggakan kecantikan Ratu Wasti.
Ratu Wasti yang menerima perintah Raja untuk datang, menolaknya. Penolakan Ratu Wasti membuat Raja Ahasyweros tersinggung dan marah. Karena raja merasa ditolak perintahnya di depan seluruh pembesarnya. Lalu raja menanyakan kepada 7 pembesar istimewa. “Apakah yang harus diperbuat atas Ratu Wasti menurut undang-undang, karena tidak dilakukannya titah raja Ahasyweros yang disampaikan oleh sida-sida ?”
Jawaban 7 pembesar istimewa itu akan mengubah sejarah bangsa Yahudi di pembuangan dan sejarah Media Persia. Karena dari jawaban para pembesar itu, akan muncul Ester sebagai pengganti Wasti.
“Wasti, Sang Ratu bukan bersalah kepada raja saja, melainkan juga kepada semua pembesar dan segala bangsa yang di dalam segala daerah raja Ahasyweros. Karena kelakuan sang ratu itu akan merata kepada semua perempuan, sehingga mereka tidak menghiraukan suaminya, apabila diceritakan orang : Raja Ahasyweros menitahkan supaya Wasti datang menghadap kepadanya, tetapi ia tidak mau datang.”
Tindakan Wasti menolak titah raja pasti menjadi peristiwa yang ditiru oleh semua perempuan di wilayah kerajaan Media Persia. Ini akan menggoncangkan seluruh negeri karena para istri akan menjadi seteru suaminya sendiri.
Saran para pembesar itu untuk Wasti, “ Jikalau baik pada pemandangan raja, hendaknya dikeluarkan suatu titah kerajaan dari hadapan baginda dan dituliskan dalam undang-undang Media Pesia, sehingga tidak dapat dicabut kembali, bahwa Wasti dilarang menghadap raja Ahasyweros, dan bahwa raja akan mengaruniakan kedudukannya sebagai ratu kepada orang lain yang lebih baik daripadanya. Bila keputusan yang diambil raja kedengaran di seluruh kerajaannya - alangkah besarnya kerajaan itu-, maka semua perempuan akan memberi hormat kepada suami mereka, daripada orang besar sampaikepada orang kecil”
Maka keluarlah titah raja yang menjadi undang-undang kerajaan Media Persia waktu itu, bunyinya : “Setiap laki-laki harus menjadi kepala dalam rumah tangganya dan berbicara menurut bahasa bangsanya.”
Perintah raja ini sangat gamblang menitahkan tanggung jawab suami dan istri. Ternyata ratusan tahun sebelum Paulus menuliskan tentang Kasih Kristus sebagai dasar hidup suami istri dalam Efesus 5 : 22 - 33, ada suatu titah raja Ahasyweros, seorang raja yang tidak kenal Tuhan, memberikan perintah yang identik, supaya kerajaannya yang besar tidak goncang.
Ahasyweros bukan orang Yahudi yang mengenal Tuhan, tapi secara naluri, dia dan pembesarnya, dapat merasakan, betapa bahaya kerajaan mereka jika keluarga-keluarga di kerajaan mereka waktu itu, hubungan suami istri kacaubalau. Hubungan suami istri yang kacau balau dipastikan menjadi cikal bakal pemberontakan yang membahayakan sendi-sendi kerajaan.
Naluri alami dan hati nurani para pembesar Ahasyweros ini merupakan suatu inspirasi dari Tuhan. Maka ratusan tahun kemudia, tidak heran jika Paulus menulis Efesus 5. Jika jaman Media Pesia peraturan itu dibuat berdasarkan kepentingan untuk mencegah kegoncangan kerajaan saja, maka Paulus menulis Efesus 5 : 22 - 33 berdasarkan kasih Kristus dan hubungan Kristus dengan jemaatnya.
Dua dasar yang berbeda tentang hubungan suami istri menghasilkan tuntunan yang persis sama. Membuktikan baik dalam sudut pandang duniawi dan rohani, tanggung jawab dan peran suami istri yang benar itu, sangat penting. Jika tanggung jawab suami istri itu, tidak berjalan sesuai dengan seperti yang tertulis di Efesus 5 : 22 - 33 akan menggoncangkan sendi-sendi keluarga, kota dan bangsa. Hal ini yang sudah dirasakan oleh Ahasyweros dan penasehatnya. Namun waktu keluarga Kristen yang belum merasakannya akibat pengaruh filosofi baru yang berkembang.
Jika orang yang tidak mengenal Tuhan seperti Ahasyweros dan penasehatnya bisa merasakan bahayanya tanggung jawab yang kacau balau, betapa bersyukurnya kita yang telah mengenal prinsip-prinsip tanggung jawab suami istri berdasarkan kasih Kristus.
Ahasyweros hanya mengeluarkan titah, tapi bagaimana melaksanakan titah itu, dia juga tidak punya pedoman. Kita yang telah mengenal dan mengerti tentang tanggung jawab suami istri, merupakan suatu anugerah. Dari keluarga kitalah akan memperlihatkan hal yang benar, yang sangat ini diperlukan oleh banyak keluarga lain.
“Hai istri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala istri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat…………….Hai suami kasihilah istrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diriNYa baginya……………Bagaimanapun juga kamu masing-masing berlaku : Kasihilah istrimu seperti dirimu sendiri dan istri hendaklah menghormati suaminya” ( Bacalah Efesus 5 : 22 - 33 )
0 Response to "PERAN SUAMI ISTRI SESUAI FIRMAN TUHAN"