KELUAR DARI KESEPAKATAN DENGAN ALLAH
By
sianny
—
Rabu, 03 Mei 2017
—
Add Comment
—
Daily Bread,
http://momentofunity.org,
Moment of Unity,
MoU Indonesia,
Renungan Harian
Kejadian 3:1-19
Dalam Prinsip MoU ke 6, Doa Sepakat, kita belajar tentang sebuah segi tiga yang menggambarkan tentang Hubungan Suami-Allah-Isteri yang dibangun lewat Doa sepakat. Ketika Suami melekat/Tune in dengan Allah, dan istri juga melekat/tune in dengan Allah, disitulah inti dari kesatuan Hubungan, disitu ada Payung Allah dan di dalam payung Allah itulah terletak berkat ilahi yang tidak pernah habis.
Kuncinya adalah Suami dan Isteri harus MELEKAT DENGAN ALLAH yang dibangun melalui DOA SEPAKAT.
Ketika Hawa jatuh ke dalam dosa, banyak kali kita berpikir itu terjadi saat hawa memakan Buah Pengetahuan yang baik dan jahat.
Namun Bila kita lebih rinci melihatnya, sesungguhnya kejatuhan Manusia telah dimulai saat mereka Tidak Lagi Melekat kepada Allah.
Seperti Yusuf yang "lari" dari perangkap isteri potifar, seperti Yesus yang tidak berpaling dengan godaan Iblis bahkan mengusirnya; Hawa malah berlaku sebaliknya: ia mengizinkan suatu dialog panjang dengan Iblis (Kej 3:1-5). Disinilah sesungguhnya menjadi awal kejatuhan manusia. Tidaklah mungkin ini terjadi bila Hawa intim dengan Tuhan, karena dengan kepekaan rohnya pastilah ia mengetahui dengan siapa dia berbincang-bincang dan pasti segera mengabaikannya.
Demikian juga Adam, alih-alih memperingati hawa, ia menyetujui tawaran hawa tanpa bertanya pada Tuhan.
Mereka berdua "SEPAKAT" untuk MEMBERONTAK kepada Firman Yang disampaikan Allah.
Ketika relasi mereka dengan Allah tidak lagi intim, iblis mengambil kesempatan untuk menawarkan tawaran "dosa" terhadap mereka.
Yang terjadi kemudian adalah Mereka kehilangan "Payung Berkat Allah".
Mereka yang dipersatukan dalam pemberkatan Ilahi oleh Allah sendiri diiringi dengan berkat-berkat kehidupan (Kej 1:26), kini harus mengalami "Kesusahan dan kutuk dosa", ketika mereka memilih sepakat Keluar dari "payung Berkat Allah",
Kejadian 3:16-19 (TB) Firman-Nya kepada perempuan itu: "Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak;....
Lalu firman-Nya kepada manusia itu: "Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon,..., maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu: ......sampai engkau kembali lagi menjadi tanah,...."
Seringkali dalam hidup pernikahan kita, kita juga kehilangan prioritas hubungan (dengan Allah dan pasangan), bahkan melupakan nafas doa sepakat kita.
Banyak kali kita saling menyalahkan, seperti yang dilakukan oleh Adam kepada hawa, kita mempersalahkan pasangaan kita untuk setiap kegagalan yang kita hadapi. Atau seperti Ananias dan Safira yang sepakat untuk menipu Tuhan, kita juga seringkali tanpa disadari lebih memilih dunia dari Tuhan.
Kita lupa, bahwa untuk mendapatkan "eden" dalam pernikahan kita sebenarnya sangatlah mudah. Yakni berdua sepakat kembali memprioritaskan Allah dan hidup dalam Payung perlindunganNya.
Marilah kita menyadari, bahwa rencana Allah atas pernikahan kita adalah Keluarga Ilahi yang disertai dengan berkat-berkat surgawi dalam satu paket (Kej 1:26), janganlah tukarkan dengan tawaran iblis; yakni rezeki yang dicari dengan susah payah akibat kutuk dosa. Bukan pula hubungan suami isteri yang dibangun dengan kekuatan manusia (Kej 3:16-19).
Pilihan ada ditangan kita....
Mari bangun doa sepakat suami-isteri agar kita tetap menjadi keluarga ilahi yang berada dalam payung Allah dengan berkat-berkat ilahinya...
Dalam Prinsip MoU ke 6, Doa Sepakat, kita belajar tentang sebuah segi tiga yang menggambarkan tentang Hubungan Suami-Allah-Isteri yang dibangun lewat Doa sepakat. Ketika Suami melekat/Tune in dengan Allah, dan istri juga melekat/tune in dengan Allah, disitulah inti dari kesatuan Hubungan, disitu ada Payung Allah dan di dalam payung Allah itulah terletak berkat ilahi yang tidak pernah habis.
Kuncinya adalah Suami dan Isteri harus MELEKAT DENGAN ALLAH yang dibangun melalui DOA SEPAKAT.
Ketika Hawa jatuh ke dalam dosa, banyak kali kita berpikir itu terjadi saat hawa memakan Buah Pengetahuan yang baik dan jahat.
Namun Bila kita lebih rinci melihatnya, sesungguhnya kejatuhan Manusia telah dimulai saat mereka Tidak Lagi Melekat kepada Allah.
Seperti Yusuf yang "lari" dari perangkap isteri potifar, seperti Yesus yang tidak berpaling dengan godaan Iblis bahkan mengusirnya; Hawa malah berlaku sebaliknya: ia mengizinkan suatu dialog panjang dengan Iblis (Kej 3:1-5). Disinilah sesungguhnya menjadi awal kejatuhan manusia. Tidaklah mungkin ini terjadi bila Hawa intim dengan Tuhan, karena dengan kepekaan rohnya pastilah ia mengetahui dengan siapa dia berbincang-bincang dan pasti segera mengabaikannya.
Demikian juga Adam, alih-alih memperingati hawa, ia menyetujui tawaran hawa tanpa bertanya pada Tuhan.
Mereka berdua "SEPAKAT" untuk MEMBERONTAK kepada Firman Yang disampaikan Allah.
Ketika relasi mereka dengan Allah tidak lagi intim, iblis mengambil kesempatan untuk menawarkan tawaran "dosa" terhadap mereka.
Yang terjadi kemudian adalah Mereka kehilangan "Payung Berkat Allah".
Mereka yang dipersatukan dalam pemberkatan Ilahi oleh Allah sendiri diiringi dengan berkat-berkat kehidupan (Kej 1:26), kini harus mengalami "Kesusahan dan kutuk dosa", ketika mereka memilih sepakat Keluar dari "payung Berkat Allah",
Kejadian 3:16-19 (TB) Firman-Nya kepada perempuan itu: "Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak;....
Lalu firman-Nya kepada manusia itu: "Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon,..., maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu: ......sampai engkau kembali lagi menjadi tanah,...."
Seringkali dalam hidup pernikahan kita, kita juga kehilangan prioritas hubungan (dengan Allah dan pasangan), bahkan melupakan nafas doa sepakat kita.
Banyak kali kita saling menyalahkan, seperti yang dilakukan oleh Adam kepada hawa, kita mempersalahkan pasangaan kita untuk setiap kegagalan yang kita hadapi. Atau seperti Ananias dan Safira yang sepakat untuk menipu Tuhan, kita juga seringkali tanpa disadari lebih memilih dunia dari Tuhan.
Kita lupa, bahwa untuk mendapatkan "eden" dalam pernikahan kita sebenarnya sangatlah mudah. Yakni berdua sepakat kembali memprioritaskan Allah dan hidup dalam Payung perlindunganNya.
Marilah kita menyadari, bahwa rencana Allah atas pernikahan kita adalah Keluarga Ilahi yang disertai dengan berkat-berkat surgawi dalam satu paket (Kej 1:26), janganlah tukarkan dengan tawaran iblis; yakni rezeki yang dicari dengan susah payah akibat kutuk dosa. Bukan pula hubungan suami isteri yang dibangun dengan kekuatan manusia (Kej 3:16-19).
Pilihan ada ditangan kita....
Mari bangun doa sepakat suami-isteri agar kita tetap menjadi keluarga ilahi yang berada dalam payung Allah dengan berkat-berkat ilahinya...
0 Response to "KELUAR DARI KESEPAKATAN DENGAN ALLAH"