KEINTIMAN MIE ISNTAN, BISAKAH?
By
sianny
—
Rabu, 04 Oktober 2017
—
Add Comment
—
Daily Bread,
http://momentofunity.org,
Moment of Unity,
MoU Indonesia,
Renungan Harian
Kita hidup dalam masyarakat instan : ada kopi instan, mie instan, semuanya serba instan. Budaya instan dewasa ini merupakan suatu tema umum dan bahkan sudah menjadi pandangan hidup sebagian masyarakat.
Kita telah memindahkan budaya ini ke dalam relasi-relasi kita. Kita menginginkan keintiman instan dan kerap kali kita menyamakan keintiman dengan pengalaman-pengalaman seksual yang hebat. Hanya ada sedikit usaha dan waktu yang diberikan untuk membangun dan memelihara relasi pernikahan kita.
Keintiman lebih daripada seksual. Keintiman adalah keinginan untuk mendekat, menjadi dekat, mengembangkan relasi kuat untuk memberi dan menerima. Dan, hal ini membutuhkan waktu dan usaha.
Membangun relasi pernikahan yang kuat dapat digambarkan seperti dua orang yang mengendarai sebuah sepeda di lereng. Kita dapat mengayuhnya maju atau tergelincir ke bawah. Tak ada posisi diam. Dengan kata lain, sebuah relasi yang tidak diusahakan Dan digerakkan pasti tidak akan terwujud.
Kita juga membawa relasi-relasi instan ini ke dalam situasi-situasi perselisihan. Kita menginginkan solusi-solusi instan bagi perselisihan kita. Pada tanda pertama perselisihan, pertengkaran, percekcokan antara satu dengan lainnya, kita ingin bubar.
Kita tidak berusaha menyelesaikan . Kita tidak gigih mengatasinya. Kita tidak bekerja mengatasi perselisihan. Atau, kita tidak tahu caranya. Lalu, ketika melihat pasangan-pasangan sebaya yang sama tak sabarnya seperti kita, kita dibuat percaya bahwa perceraian adalah solusi satu-satunya.
"Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; . . . Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong" (1 Kor 13:4).
0 Response to "KEINTIMAN MIE ISNTAN, BISAKAH?"