SIFAT KEKANAK KANAKAN

1 Raja-raja 21:1-16.

Dalam kitab ini ditulis tentang keinginan Ahab untuk memiliki kebun anggur Nabot tetapi tidak terpenuhi. Di sini muncul sifat kekanak-kanakan Ahab: "Lalu masuklah Ahab ke dalam istananya dengan kesal hati dan gusar ....... Maka berbaringlah ia di tempat tidurnya dan menelungkupkan mukanya dan tidak mau makan." Kemudian merasa senang ketika berhasil memperoleh yang dinginkan (ay. 16).

Seringkali kita jumpai anak-anak yang tidak mendapatkan apa yang diinginkan menjadi kesal, gusar, tidak mau makan. Ngambek. Anak-anak hanya memikirkan dirinya sendiri, ingin diperhatikan, apa yang diminta harus dituruti tanpa peduli orang lain. Merasa senang/puas setelah mendapatkannya.

Dalam pernikahan mungkin saja muncul sifat kekanak-kanakan dalam diri suami isteri. Mementingkan diri sendiri, maunya diperhatikan, dituruti keinginannya, menuntut pasangannya. Jika tidak terpenuhi marah, kesal, gusar, bahkan tidak mau makan (seperti Ahab). Tidak mau tahu tentang pasangannya. Mungkin mengorbankan kepentingan pasangannya demi keinginannya terpenuhi. Tidak peduli pasangannya terluka atau kecewa. Ini seperti kisah di atas, bagaimana Izebel membuat rencana untuk membunuh Nabot agar Ahab memperoleh tanahnya.

Jangan ijinkan kepentingan/keinginan kita mengorbankan pasangan kita. Mungkin demi menghindari pertengkaran maka pasangan kita memberikan apa yang diminta, sekalipun dengan terpaksa. Kita tidak bisa memaksakan kehendak atau menuntut pasangan kita. Jika kita membiarkan sifat kekanak-kanakan dalam pernikahan, tanpa disadari itu akan 'membunuh' pasangan kita. Dan akan membuat pernikahan kita tidak bertumbuh menjadi dewasa. 

Hanya orang dewasa saja yang seharusnya menikah, bukan anak-anak, bukan pula orang dewasa yang kekanak-kanakan. Karena orang dewasa yang mampu menjadikan pernikahannya tumbuh dewasa. Amin. GBU. 

(Wie - Yuli)

Tweet