Iklan

PERSEKUTUAN DENGAN ALLAH

1 Yoh 1:1-4, 1 Yoh 4:7-21

Tujuan keselamatan pada akhirnya adalah manusia memiliki persekutuan dengan Allah. Persekutuan dengan Bapa, Yesus dan Roh Kudus.
Dan senjata Allah untuk mengalahkan dunia adalah gerejanya, gereja yang merupakan persekutuan bukan sekedar kehadiran di gedung ibadah. 
Elemen gereja, terkecil adalah sebuah keluarga, yang berintikan persekutuan dari Bapak, Ibu dan anak-anaknya seperti gambaran kasih diantara ketritunggalan Allah.
Dalam janji pernikahan seorang suami-Istri akan saling menerima satu sama lain baik dalam keadaan suka maupun duka, miskin atau kaya dstnya. 
Fokus kita pada keadaan suka-duka-miskin-kaya dsbnya telah menyesatkan mata kita, bahwa sejatinya yang kita perlu terima adalah karakter pasangan kita, perbedaan cara berpikir, perbedaan sikap, kebiasaan dan lain-lain. 
Tapi sesungguhnya yang kita perlu terima dari pasangan kita adalah bahwa setiap orang punya sisi gelapnya masing-masing, yang terbungkus dalam aneka sikap, kebiasaan, cara berpikir dan yang terutama setiap kita memiliki ketakutan masing-masing. 
Ada banyak TERNYATA dalam pernikahan kita, dan seringkali kita tidak bisa menerimanya. Keributan dan perselesihan semakin besar, karena rasa tertolak dan rasa takut dari masing-masing pasangan semakin menjauhkan mereka. 
Problemnya satu, kita menikah bukan karena siap menerima pasangan kita apa adanya, tapi karena pasangan kita ada apa-apanya (ada sesuatu) yang kita butuhkan supaya kita merasa diterima dan tidak takut. 
Kenapa kita perlu saling mengasihi ? karena orang yang hidup dalam kasih akan memiliki keberanian percaya di hari Penghakiman. Kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan.   (1 yoh4:16-18). Dia akan memiliki terang yang mengusir semua kegelapan dalam hati kita. 
Dengan saling mengasihi, saling menerima Suami atau Istri membantu pasangannya masing-masing untuk bisa menghadapi kegelapan dan ketakutan yang menguasai hidup mereka. Pelan tapi pasti kasih Allah akan menang dan sempurna dalam hidup kita masing-masing.
Kasih adalah kemampuan kita untuk menerima, menerima pasangan kita meskipun telah gagal menafkahi keluarga, tetap menerima Istri meskipun nanduk terus, bisa menerima meskipun telah dikhianati dan ditinggalkan. 
Kasih diidentikan dengan memberi, tetapi sejatinya kekuatan kasih yang sesungguhnya adalah kemampuan kita untuk menerima. Banyak orang memberi bukan karena mengasihi, tapi supaya orang yang diberi segera pergi dan tidak mengganggu hidupnya. Ada juga yang memberi karena mau mengontrol hidup orang yang diberi. Tetapi kemampuan menerima tidak bisa dilihat tetapi orang yang diterima akan merasa dikasihi meskipun tidak ada sesuatu apapun yang diberikan.
Kasih yang sempurna adalah kemampuan untuk mati, berkorban bagi orang yang kita kasihi, meskipun orang masih dalam keadaan tersesat. 
Pada akhirnya semua siklus penghancuran kita, pembusukan, kegagalan dan semua penderitaan yang kita alami, adalah untuk memastikan bahwa benih kasih itu bisa bertumbuh dengan baik dan sempurna. Kematian akan melahirkan kelimpahan. 
Ketika kita bersedia menerima kenyataan bahwa pasangan kita tidak seperti yang kita harapkan, maka akan muncul kelimpahan kasih kepadanya, akan timbul panjang sabar, percaya segala sesuatu bahwa suatu hari nanti kegelapan akan sirna dan diusir oleh terang.
Jadi pernikahan bukanlah sebuah akhir, tapi sebuah alat, sebuah persekutuan untuk mencapai kesempurnaan. Dan kebahagian pernikahan adalah ketika kita mengalami kasih yang teruji oleh aneka bagai masalah, problem , kegagalan dan ketakutan, karena dengan lenyapnya ketakutan ada damai sejahtera Tuhan yang bertahta dalam hati dan hidup kita.

(Jefry - Afa)

0 Response to "PERSEKUTUAN DENGAN ALLAH"

ABOUT THIS BLOG

Beleza

Renungan Harian

Cari Blog Ini

Blog Archive

Cari Blog Ini

Top Social

Follow this blog with bloglovin

Follow this blog with bloglovin

Latest Pin

Recent Post