KELUARGA YANG BAHAGIA (7)
By
sianny
—
Minggu, 18 Agustus 2019
—
Add Comment
—
Daily Bread,
http://momentofunity.org,
Moment of Unity,
momentofunity.org,
MoU Indonesia,
Renungan Harian
“Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.”
Selama seminggu ini, kita telah belajar karakter-karakter yang harus dikembangkan dalam keluarga, dari mulai kasih sampai dengan kelemahlembutan. Namun menjadi tidak lengkap, apabila kita tidak memiliki karakter penguasaan diri.
Kata penguasaan diri egkrateia berasal dari kata egkratês, dapat menguasai diri. Kata sifat egkratês terdiri atas preposisi en, di dalam, dan kata benda kratos, kekuasaan, kekuatan. Secara konseptual bermakna mampu memiliki kuasa atau otoritas untuk mengarahkan, memerintah atau melarang diri sendiri terutama terhadap nafsu, keinginan besar, kegemaran, amarah, hasrat, emosi, kecanduan, egoisme dll.
Secara literal dan leksikal, egkrateia bermakna penguasaan, pembatasan, pertarakan, perpantangan yang ditujukan kepada diri sendiri.
Dalam bahasa Yunani sehari-hari, egkrateia dipakai untuk mengungkapkan sikap seorang kaisar yang tidak pernah membiarkan kepentingan pribadinya mempengaruhi jalannya pemerintahan atas rakyatnya. Sikap seperti itulah yang membuat orang mampu mengendalikan diri sendiri, sehingga ia pantas untuk menjadi pelayan sesamanya.
Kadang pengendalian diri tampak tidak menyenangkan dan perlu dilakukan dengan terpaksa karena menghindarkan kita dari hal-hal yang enak, nyaman dan menyenangkan. Namun sesungguhnya pengendalian diri adalah kebajikan yang memampukan kita untuk mengatasi banyak tantangan, mengalahkan kebiasaan buruk, untuk memaksimalkan keefektifan kita sebagai anak-anak Allah.
Kita dapat menjadi tuan atas diri kita sendiri. Kita semua adalah milik Tuhan dan Dia telah menunjuk kita untuk menjadi penjaga bagi diri kita sendiri, keluarga, talenta, keinginan, dan tindakan kita. Allah menghendaki kita agar mampu mengatur diri sendiri secara bijaksana.
Marilah kita memilih untuk bergerak di "jalan kebahagiaan", yaitu dengan cara selalu bersedia dipimpin Roh Kudus.
"Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh," (Efs 5:18).
Tuhan memberkati.
(Soendoro - Imelda)
0 Response to "KELUARGA YANG BAHAGIA (7)"