BELAJAR MENDENGARKAN TUHAN

Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah;

Yakobus 1:19

Pernikahan bisa menjadi sebuah sekolah seni mendengarkan yang hebat. Tidak mudah untuk menjadi pendengar yang baik, karena ketika sedang marah atau kesal, kita seringnya tidak ingin mendengarkan siapapun, termasuk Tuhan.

Secara alamiah kita selalu ingin didengarkan dan dimengerti dan tidak sabar menunggu kesempatan untuk segera mengungkapkan pendapat, melampiaskan amarah atau menjelaskan maksud kita.

Namun Firman Tuhan mengingatkan "Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran"     

(Amsal 10 : 19 )

Mendengarkan ibarat pelumas dalam pernikahan, tanpa itu gesekan dan panas akan menyebabkan roda hubungan kita macet dan akhirnya rusak. Hubungan mulai retak ketika kedua belah pihak terus ingin  berbicara dan berhenti mendengarkan dengan empati.

Membangun keintiman, dan bertumbuh dalam kesatuan membutuhkan kesediaan diri untuk mau mendengarkan satu sama lain. "Ketika kita berhenti mendengarkan, kita juga berhenti mencintai."

Seringkali dalam doa, kita sibuk menyodorkan sederet daftar tentang hal-hal yang Tuhan perlu ubah di dalam diri pasangan kita, dan kita lupa  sederet hal yang juga hendak Tuhan ubah dalam diri kita melalui pasangan kita.

Saat kita masuk ke dalam pernikahan sebagai  pelajar, bukan guru, Tuhan akan memakai berbagai perbedaan di dalam pernikahan untuk mengajarkan kepada kita bagaimana cara pandang yang benar dan merespon cara berpikir dari pasangan kita.

Akan tetapi, ketika kita menolak untuk mendengarkan, kita akan kehilangan semua pelajaran berharga tersebut.

Salah satu cara untuk mengubah pernikahan kita menjadi lebih baik adalah dengan mulai lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. 

Dan ketika kita berdoa, lebih banyaklah mendengarkan Tuhan daripada mengeluh tentang pasangan kita. 

Tuhan Yesus memberkati.

(Peter - Mace)

Tweet