TUHAN YANG MENETAPKAN
Mazmur 74:17
Engkaulah yang menetapkan segala batas bumi, musim kemarau dan musim hujan Engkaulah yang membuat-Nya.
Kehidupan terus berubah silih berganti layak nya musim berganti musim. Begitu juga dengan Pernikahan, Saya masih ingat dan tertegun saat alunan musik yang diputarkan oleh multimedia dan lampu diruangan saat itu di redupkan seolah-olah berada di bioskop sedang menonton flim kisah romantis. Tapi setelah mengikuti liriknya bait demi bait sangat terkesan dan perlahan menyadarkan serta membangunkan pengertian bahwa “ Lima puluh tahun dari sekarang, apa yang kita ingat. Lima Puluh tahun dari sekarang, apa yang menjadi warisan kita. Jika kita berlalu dari saat ini, apa yang akan menjadi kehilangan kita. Lima puluh tahun akan datang dimulai hari ini. “
Kalau boleh kita mengandaikan satu hari dengan masa sepuluh tahun. Maka hari Senin telah berlalu berarti fase sepuluh tahun pertama pernikahan juga sudah berlalu. Dan Hari ini adalah hari Selasa maka kita telah memasuki fase sepuluh puluh tahun kedua dari pernikahan kita, coba renungkan apa yang telah di lakukan bagi Pasangan atau Anak- anak kita. Apa yang akan kita wariskan bagi anak-anak kita tentu bukan hanya berbicara tentang harta tetapi jauh yang lebih penting dari itu semua yaitu bagaimana hidup kita sebagai orang tua mereka.
Apabila fase sepuluh tahun pertama pernikahan dibagi dua menjadi lima tahun pertama yang adalah masa – masa pengenalan mendalam pasangan suami istri dan lima tahun berikutnya adalah masa penyesuaian karakter satu dengan lainnya.
Maka memasuki fase sepuluh tahun kedua adalah masa menghidupi Nilai – Nilai yang telah di buat selama sepuluh tahun pertama. Dimana kepercayaan dan saling menjaga apa yang telah menjadi komitmen bersama perlu terus di pelihara yang mana tidak ada hal lain yang dapat membuktikan nya selain dengan waktu atau masa yang di lewati oleh pasangan tersebut.
Di dalam fase ini juga keterbukaan dan komunikasi perlu terus di tingkatkan walaupun tentunya tidak semudah menuliskan di renungan ini, tetap saja harus dilakukan agar kedekatan, pola dan interaksi dalam hubungan terus bertumbuh menjadi satu ikatan cinta yang tak pernah terpisahkan. Komunikasi tentunya bukan hanya sekedar basa basi atau hal – hal kebiasaan sehari – hari seperti sudah makan atau belum, atau pasangan menyampaikan kelakuan anak-anak mereka, Tetapi komunikasi disini terus dilatih mendalam sama seperti kita sedang mengisi kertas biru dan merah jambu itu dengan punggung – punggungan yaitu komunikasi hati ke hati atau Heart to Heart. Dan setelah menulis dan menukarkan kertas nya, disaat membacanya tidak boleh ada komen atau pembelaan diri lain nya, hanya perlu berdoa, intropeksi satu dengan lainnya sambil tersenyum setelah membaca mengucapkan terima kasih kepada pasangan disebelah kita yang telah memberikan kekuatan satu dengan yang lain, melalui semua yang disampaikan.
Oleh karena sehebat apapun seseorang itu apabila tidak ada yang dapat menegur atau memberikan evaluasi dalam hidupnya, maka yang ada hanyalah kesombongan belaka.
Tentunya kita semua tahu bahwa Tuhan sangat membenci orang yang sombong atau angkuh.
Kiranya kita terus bertumbuh menjadi lebih dewasa dalam bersikap.
TETAP SEMANGAT DAN PANTANG MENYERAH
(Alfian - Peony)
0 Response to "TUHAN YANG MENETAPKAN"