Iklan

WAKTU TENANG

Pada awal pandemi, saya mempercayai prediksi banyak pihak bahwa pandemi paling lama 6 bulan. Juga banyak pendapat bahwa negara kita tidak akan mengalami pandemi karena negara tropis di mana Virus Covid-19 tidak tahan di udara tropis. 


Ketika PSBB dimulai Bulan Maret 2020, maka terasalah pandemi itu berubah menjadi badai bagi kehidupan hampir semua orang. Semua prediksi berguguran, tidak ada yang tepat. Memang ada sekelompok orang yang bisa menuai berkat dari krisis pandemi, namun terlalu banyak orang yang terdampak termasuk saya. 


Pandemi itu datang bagaikan angin taufan, disusul gempa, dan api. Membuat semua tergoncang, terbelah, terpecah, membakar apa saja yang selama ini menjadi kebanggaan, juga menguras dan memeras semua cadangan apapun sampai kering. 


Kejadian ini membuat saya sulit melihat keberadaan Tuhan. Iman saya sempat tergoncang, keraguan dan kebimbangan sempat membuat saya meragukan Kasih Tuhan.


Ternyata hal ini pernah dialami Nabi Elia, seorang Nabi besar yang hidup di Zaman Ahab dan Izebel. Elia yang tercatat namanya sebagai orang yang berkuasa untuk menghentikan dan menurunkan hujan di Israel selama 3.5 tahun. Juga terkenal sekali dengan pertarungan imannya dengan 400 nabi Baal, dengan kemenangan gilang gemilang untuk Elia.


Namun kejayaan Elia itu hanya sekejap saja. Karena tidak lama kemudian, Izebel menurunkan titah maut dengan sumpah, bahwa dia akan mencabut nyawa Elia seperti 400 nabi baal yang dibantai Elia. Seketika itu juga Elia seperti masuk dalam sebuah krisis pandemi sekarang.


Elia merasa segala sesuatu menjadi gelap, nyawanya terancam. Bagaimana mungkin melawan Ratu dan Raja Israel yang punya kekuatan tentara besar. Maka Elia melarikan diri jauh-jauh dan bersembunyi di dalam Goa.


Dalam Goa itu, Tuhan berbicara kepada Elia.

 

1 Raja-raja 19 : 9 - 14 Di sana masuklah ia ke dalam sebuah gua dan bermalam di situ. Maka firman TUHAN datang kepadanya, demikian: "Apakah kerjamu di sini, hai Elia?" Jawabnya: "Aku bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah semesta alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu,  meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku." Lalu firman-Nya: "Keluarlah dan berdiri di atas gunung itu di hadapan TUHAN!" Maka TUHAN lalu ! Angin besar dan kuat, yang membelah gunung-gunung dan memecahkan bukit-bukit batu, mendahului TUHAN. Tetapi tidak ada TUHAN dalam angin itu. Dan sesudah angin itu datanglah gempa. Tetapi tidak ada TUHAN dalam gempa itu. Dan sesudah gempa itu datanglah api. Tetapi tidak ada TUHAN dalam api itu. Dan sesudah api itu datanglah bunyi angin sepoi-sepoi basa. Segera sesudah Elia mendengarnya, ia menyelubungi mukanya dengan jubahnya, lalu pergi ke luar dan berdiri di pintu gua itu. Maka datanglah suara kepadanya yang berbunyi: "Apakah kerjamu di sini, hai Elia?" Jawabnya: "Aku bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah semesta alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu, meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup, dan mereka ingin mencabut nyawaku."  


Elia merasa dia sudah melakukan pelayanan hebat, dan merasa hanya dia yang tetap percaya kepada Tuhan. Dari seluruh kerajaan Israel, hanya dialah satu-satunya pelayan Tuhan. Maka ketika Tuhan datang dalam wujud Angin besar, gempa bumi dan api, Elia yang saat itu sedang merasa menjadi satu-satunya korban, tidak bisa mengerti akan kehadiran Tuhan.


Hanya ketika kehadiran Tuhan dalam bentuk angin sepoi-sepoi, yang tenang dan sejuk, barulah Elia berjalan ke luar goa menemui Hadirat Tuhan. Di situlah Elia mendapat pewahyuan baru. Salah satu pewahyuan itu adalah regenerasi jabatan Nabi, karena dia harus mengambil Elisa sebagai muridnya, dan mengurapi Yehu bin Nimsi menjadi raja Kerajaan Israel. Yehu bin Nimsi ini yang kelak menghancurkan keluarga Ahab dan Izebel. 


Ternyata kehadiran Tuhan dan pewahyuan itu datang pada waktu tenang, pada saat teduh. Daud pernah bermazmur bahwa hanya dekat Allah saja dia tenang. Jadi dalam badai, gempa dan api dari pandemi dan krisis ekonomi tidak mungkin bisa menyadari keberadaan Tuhan apalagi bisa mendapatkan pewahyuan baru. 


Hanya dalam waktu tenang dan teduh, yaitu ketika dekat dengan Tuhan, barulah akan membuat jiwa, roh saya tenang. Ketika jiwa dan roh saya tenang, maka pewahyuan itu baru bisa didengar. Awal pandemi membuat saya hanya melihat badai, gempa, dan api. Sehingga sulit bagi saya mempercayai kasih Tuhan. 


Namun saya bersyukur, Roh Kudus menggerakkan saya untuk mulai membangun waktu teduh dengan membangun persekutuan pribadi dengan Tuhan selain doa sepakat dengan istri saya. Saya mulai mendisiplinkan diri membaca Firman Tuhan 1 pasal per hari, dan mengambil waktu doa pribadi. 


Ketika saya mengambil dan membangun waktu teduh apakah segera ada pewahyuan dan semua pewahyuan terwujud ? BEELLUUMM !!!


Karena waktu teduh itu dilakukan di tengah badai, gempa dan api yang masih masih terus berlangsung. Terjadilah pertarungan yang hebat antara kenyataan badai, gempa dan api dengan waktu teduh….


Inilah masa-masa penantian yang paling berat. Iman saya sering goncang, bimbang dan ragu. Hanya karena pertolongan Roh Kudus saja yang mengingat Firman Tuhan, memberikan inspirasi dan pewahyuan baru. Inspirasi dan pewahyuan baru muncul setelah waktu teduh terbangun di tengah badai, gempa dan api.


Roh Kudus yang mendorong saya melakukan persiapan dengan melakukan hal-hal baru. Hal-hal baru yang saya lakukan adalah hasil dari inspirasi waktu teduh kami. 


Sehingga sekarang kami bisa melihat bahwa masa pandemi adalah masa Anugerah Tuhan terbesar dalam musim hidup kami. 


Ketika saya mendapatkan pekerjaan apakah persoalan sudah selesai ? BEEELLLUUMMM !!!

Pekerjaan saya berkaitan erat dengan target penjualan. Dalam masa pendemi ini, ketika kegiatan masih berlangsung lambat, bagaimana caranya mencapai target. Bukankah ini sebuah persoalan baru ? 


Dalam sebulan ini saya semakin membangun persekutuan dengan Tuhan. Pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, kami sudah bangun, saya membaca Firman Tuhan, 1 pasal sesuai tuntunan, 1 pasal lagi dari Amsal. Mengurutkan membaca Amsal sangat mudah, saya membaca amsal di pasal yang sesuai tanggal kalender. Setelah doa pribadi, kami berdoa sepakat. 


Dari masa teduh itu, saya mendapatkan hikmat-hkmat untuk pekerjaan. Ada hikmat tertentu yang selama ini tidak terpikir. 


Lalu dengan hikmat itu apakah target tercapai dengan gemilang ? BEELLLUMM !!!


Sekarang kami mengerti kunci dari menghadapi masalah, yaitu masuk ke dalam waktu teduh, menikmati hadirat Tuhan seperti angin sepoi-sepoi sehingga muncul pewahyuan/inspirasi/firman Tuhan/visi dari Tuhan Yesus.


Sekaranglah saat masuk ke dalam waktu teduh, agar Tuhan memberikan pewahyuan baru. Agar ketika pandemi teratasi dan kegiatan mulai berjalan lebih lancar, sudah ada persiapan. Sehingga tidak kaget dan gagap menghadapi perubahan pada era setelah pandemi.


Kami hanya bersyukur bisa menceritakan tentang kebaikan Tuhan dengan meluruskan jalan kami yang bengkok, dan membersihkan kami dari dosa tersembunyi. 


Jika saat ini ada yang sedang mengalami proses Tuhan, izinkan Tuhan bekerja dengan caraNya , berikanlah respon terbaik yaitu dekat kepada Tuhan agar menjadi tenang, bersyukur, dan bersabar menunggu waktu Tuhan, dan lakukanlah dengan antusias apa yang jadi inspirasi dari Roh Kudus dalam masa penantian.


Apakah cerita tentang Tuhan dalam hidup kami sudah selesai sampai di sini ? BEEELLLUUMMM !!!


(Hanbeng - Lydia)

0 Response to "WAKTU TENANG"

ABOUT THIS BLOG

Beleza

Renungan Harian

Cari Blog Ini

Blog Archive

Cari Blog Ini

Top Social

Follow this blog with bloglovin

Follow this blog with bloglovin

Latest Pin

Recent Post