BERHALA
Berhala ! Adalah sesuatu yang sangat dijauhkan oleh umat Tuhan. Ketika bertobat dan percaya Tuhan Yesus, tidak sedikit orang yang suka rela membuang semua jimat, patung, altar dan semua benda sejenis. Zaman sekarangpun semakin sedikit orang yang terang-terangan menyembah berhala dalam bentuk patung, atau altar. Tapi benarkah jika kita tidak mempunyai lagi jimat, patung-patung sembahan, susuk, mantera, benda-benda pusaka mistis, sudah bebas dari berhala ? Di rumah, di tubuh, di tempat tertentu, sudah tidak ada lagi benda apapun artinya sudah bukan penyembah berhala ?
Sejak kecil, saya bukan orang yang suka memegang benda apapun. Sejak saya percaya Tuhan, hal-hal begitu sudah dijauhkan. Saya juga tidak pernah pergi ke dukun-dukun / orang pintar, meramal nasib. Saya berpendapat bahwa saya bukan penyembah berhala. Karena tidak ada benda mistis apapun yang saya pegang.
Sampai di suatu pagi, ketika saya dan istri sedang bedoa bersama, Roh Kudus mengingatkan bahwa saya mempunyai berhala-berhala yang harus dirobohkan dan diremukkan. Terus terang saya merasa heran, karena saya tidak pernah menyimpan barang mistis apapun.
Bisakah dibayangkan bahwa saya yang sudah percaya Tuhan, tidak pernah memiliki benda mistis, kok ada berhala yang tersimpan. Saya mentaati Roh Kudus untuk merobohkan berhala dalam hidup saya. Dalam doa bersama itu saya merobohkan setiap berhala. Dalam doa itu, saya merasakan saya merobohkan berhala-berhala, sampai akhirnya saya merasakan dalam roh, ada satu berhala yang luar biasa besarnya. Berhala itu kokoh, tertanam dalam, besar, berat.
Saya katakan kepada istri bahwa, saya merasakan ada berhala begitu besar yang kokoh dan kuat. Saya merasa tidak punya kekuatan merobohkan berhala terbesar ini, dan saya tidak tahu apa berhala itu. Ketika kami lanjutkan berdoa, saya meminta pertolongan Roh Kudus untuk bisa merobohkan berhala itu. Dalam doa peperangan rohani itu, saya merasakan seperti sedang merobek sesuatu dalam diri saya. Akhirnya dalam roh saya, merasakan dengan kekuatan pertolongan Roh Kudus, berhala terbesar itu dapat dirobohkan.
Sampai selesai berdoa, saya berkata kepada istri saya, berhala terbesar itu saya belum tahu apa. Hanya saja saya merasa heran bahwa saya punya berhala yang begitu besar dan kuat. Beberapa hari kemudian, dalam doa pribadi, Roh Kudus memberikan inspirasi bahwa berhala terbesar itu adalah Filosofi saya.
Tersadarlah saya, bahwa selama ini saya punya filosofi yang saya bangun sendiri. Filosofi ini saya bangun untuk menjadi kubu pertahan terhadap ketakutan saya. Untuk mengatasi ketakutan, saya membangun Filosofi dari berbagai sumber. Sumber terbesar memang dari Firman Tuhan. Tetapi ada Filosofi lain yang juga saya kembangkan, sehingga campur aduk
Ternyata berhala terbesar itu adalah diri saya sendiri dalam wujud filosofi bentukan saya sendiri. Pantas saja berhala itu begitu besar dan kuat karena itu adalah diri saya sendiri. Pantas saja waktu doa peperangan rohani saya merasa ada sesuatu yang terasa dirobek dari diri saya.
Roma 1 : 22 - 23 Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh. Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar.
Saya berlaku seolah-olah penuh hikmat. Tapi sebenarnya hikmat yang tidak murni. Hanya dalam waktu-waktu tertentu, ada hikmat Tuhan. Bahkan yang sering mengidentifikasi diri dengan tokoh-tokoh peperangan yang menurut saya hebat. Pada akhirnya saya memuja diri sendiri. Maka jadilah berhala yang makin lama, makin besar dan kokoh. Berhala yang dibangun karena RUANG KOSONG tidak diserahkan kepada Tuhan Yesus.
Padahal penyembah berhala, tidak mendapat tempat dalam Kerajaan Allah.
Galatia 5 : 20 - 21 penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah..
Penyembahan kepada diri sendiri adalah penyembahan berhala paling samar. Karena tidak ada wujud berhalanya. Tetapi akibatnya tetap sama yaitu tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Penyembahan terhadap diri sendiri ini membuat saya mempraktekkan sihir.
Sihir ? Apa saya punya mantera sakti ? Sihir yang dipraktekkan adalah menggunakan semua skill terlatih, kemampuan, daya tarik, kharisma untuk mengarahkan orang lain kepada tujuan saya. Ternyata praktek sihir inipun sering kali saya gunakan tanpa saya sadari. Yaitu saya menuntun pikiran orang kepada yang saya inginkan dengan mengerahkan segala kemampuan. Dari sini muncullah kesombongan. Jadi inilah rangkaian berhala itu. Pantas saja saya harus merobohkan bukan hanya satu berhala.
Pada orang lain, berhala itu mungkin bukan Filosofi wujudnya. Wujudnya berhala itu bisa kesenangan tertentu, motivasi, gaya hidup, bahkan pelayanan. Ketika yang disembah bukan lagi pribadi Tuhan Yesus, maka diri sendirilah yang disembah. Berhala itu terbentuk karena penyembahan terhadap diri sendiri.
Kasih Tuhan Yesus kepada kita terlalu besar, tidak terukur dalam, luas dan lebarnya. Seandainya Tuhan Yesus tidak merebut saya dari kawanan srigala Berhala, saya pasti binasa dan tidak mendapat bagian dalam kerajaan Allah. Inilah Kasih Karunia.
2 Korintus 9 : 15 Syukur kepada Allah karena karunia-Nya yang tak terkatakan itu!
Saya hanya bersyukur, justru di masa sulit, Tuhan membongkar hidup saya. Jika dalam keadaan biasa, hal ini sulit dideteksi. Inilah bentuk Kasih Tuhan Yesus Yang Sempurna.
(Hanbeng - Lydia)
0 Response to "BERHALA "