MENGIMANI FIRMAN TUHAN
25 tahun ke depan sejak saat ini….
Seorang anak muda berusia pertengahan 20 tahunan, sedang melihat foto-foto memorial di peralatan masa depan. Dalam foto-foto dia bisa melihat foto-foto dari papa dan mamanya, dan juga kakek dan neneknya.
Melihat kakek dan neneknya, si anak muda tersenyum. Dia mengenal kakek dan neneknya waktu dia masih kecil. Si Anak muda tersenyum ketika dia teringat kakeknya. Dari kakeknya dia suka sekali akan imajinasinya, sebab kakeknya suka sekali bercerita. Kalau kakek sudah bercerita maka seluruh imajinasi ikut berkembang. Sebagai anak kecil di zaman milenial waktu itu, ternyata cerita kakek yang disampaikan dengan sederhana masih menarik. Dari neneknya anak muda ini selalu melihatnya penuh semangat, suka cita, selalu mau menolong, dan penuh kasih. Kakek dan neneknya mendatangkan kesan yang sangat mendalam.
Si anak muda melihat kepada foto-foto mamanya, matanya bersinar semangat bangkit. Maminya merupakan seorang penulis scenario terkenal pada masanya.
Dari kakeknya, dia mendengar cerita bahwa maminya itu dituntun secara halus untuk mengambil kuliah Film dan Televisi waktu itu di universitas perfilman paling terkemuka di Indonesia. Kakeknya juga yang dengan besar hati tidak memaksa maminya untuk menjadi sutradara, tetapi menyerahkan semuanya pada Tuhan, ketika mamanya mengambil jurusan Penulis Skenario.
Si anak muda memang melihat adanya sikap rohani yang kuat dari kakek dan neneknya. Maminya selalu bilang bahwa neneknya sangat kental dengan hal rohani, sedangkan kakeknya selalu mengajukan pertanyaan, “Apakah sudah bertanya kepada Tuhan ?”
Sikap rohani inilah yang membuat mamanya bertekad bulat untuk mengambil jurusan Penulis Skenario. Ketika mamaku lulus, dia langsung bekerja di sebuah perusahaan film besar dan produktif.
Dari apa yang si anak muda dengar, awal mula mamanya berkarir, penuh tantangan, banyak gesekan, padat gemblengan sehingga sring kali dia menangis.
Di sinilah peran nenekku yang selalu memberi nasihat, dukungan, sehingga mamaku bisa ke luar dari gemblengan dengan kemenangan.
Kemenangan pertama mamaku adalah ketika dia dipercayakan pertama kali menulis Skenario Film Layar Lebar secara full. Kakek selalu mengingat bahwa untuk menuliskan scenario film itu, maminya harus pergi ke negeri yang jauh untuk mengadakan riset di sana dan merampungkan scenario di sana.
Inilah awal mula mamaku menjadi penulis terkemuka dan terkenal. Aku bangga akan mamaku, kakekku dan nenekku.
Kakek sering membacakan ayat Alkitab, dia baca setiap hari yaitu
Yesaya 61 : 8 - 9 Sebab Aku, TUHAN, mencintai hukum, dan membenci perampasan dan kecurangan; Aku akan memberi upahmu dengan tepat, dan akan mengikat perjanjian abadi dengan kamu.Keturunanmu akan terkenal di antara bangsa-bangsa, dan anak cucumu di tengah-tengah suku-suku bangsa, sehingga semua orang yang melihat mereka akan mengakui, bahwa mereka adalah keturunan yang diberkati”
Kakek berkata bahwa keturunan akan terkenal di antara bangsa-bangsa, dan anak cucunya di tengah suku-suku bangsa.
Kenyataannya memang mamaku terkenal dan terkemuka, sedangkan pamanku, kakak mamaku, juga terkenal dengan profesinya.
Kakek pernah bercerita bahwa ketika mamaku berusia sekitar 5 – 6 tahun, dalam doa puasa, Tuhan memberikan sebuah pesan bahwa, bukan pada masa kakekku, merebut kembali dunia bagi Tuhan, tetapi masa anakmulah hal itu dilakukan. Tuhan memberikan kakek suatu visi baru, sehingga dia dengan lapang hati melepaskan visi itu.
Apa yang diceritakan kakek, sangat diteguhkan nenekku. Sebab nenekku sangat mengenal kakek dan selalu mendukungnya. Nenekku itu luar biasa sekali, kasihnya selalu dirasakan kami semua.
Sayangnya kakek dan nenek sudah ada di Rumah Bapa di Surga, tidak bisa melihat aku, yang sekarang telah menjadi penulis terkenal pada usia muda. Banyak orang mengatakan bahwa aku adalah keturunan tukang bikin cerita. Dengar-dengar kakek buyut besarku, adalah penulis cerita juga pada zaman penjajahan Belanda dulu.
Tapi bagiku itu bukan faktor utama. Faktor utamanya adalah Firman Tuhan itu , yang diimani kakek dan nenekku.
Mereka yang mempercayai Firman Tuhan itu dan mengimaninya memberikan warisan yang berharga bagi aku sebagai keturunannya.
Ini adalah Kisah Profetis
(Hanbeng - Lydia)
0 Response to "MENGIMANI FIRMAN TUHAN"