Iklan

KEBERHASILAN PERNIKAHAN

Setiap cerita sukses adalah ekor dari adaptasi terhadap situasi yang secara konstan dan terus menerus, baik itu perbaikan ataupun perubahan-perubahan (Richard Branson)


Keberhasilan dalam perkawinan tidak terjadi begitu saja. Itu adalah bentuk kepedulian dan tindakan menuju kebaikan yang intensif dalam keseharian.

Kepedulian tentang apa yang terjadi dalam kehidupan kita, pasangan dan orang-orang di sekitar kita, dan tindakan-tindakan kita akan membuat perbedaan pada orang-orang yang terlibat di dalamnya.

Kita semua memulai pernikahan dengan berjalan berdua bergandengan tangan menuju mimbar, disatukan dan siap untuk menghadapi dunia kehidupan bersama.

Ketika menghadapi masalah dan pergumulan dalam berelasi, kita bertanya “Apa yang bisa aku lakukan dengan pernikahanku?” Berarti kita masih membawa pola pikir yang lama saat kita masih sendiri. Seharusnya suami istri duduk bersama dan berkata “Apa yang bisa kita lakukan?”


Hindari jebakan-jebakan umum yang sering terjadi dalam pernikahan, kita berusaha menyelesaikannya sendiri tanpa meminta pertolongan penasihat perkawinan atau konselor.


Jebakan pertama adalah Harapan yang tidak diucapkan.

Setiap orang punya harapan, kadang diucapkan tapi lebih banyak diam dan mengharapkan pasangan bisa mengerti sendiri.

Ini juga terjadi dalam relasi kami berdua, buku kami yang terbit tahun 2014 berjudul “Vita, Suamimu Bukan Malaikat” itu berawal dari ekspektasi Vita untuk mengerti apa yang dia mau tanpa dia harus memberitahukannya kepada saya. Dan ini cukup menimbulkan potensi konflik dalam keseharian. Realita tidak sesuai dengan ekspektasi.


Jebakan yang kedua adalah Menyalahkan

Sangat mudah bagi kita untuk menyalahkan pasangan ketika terjadi konflik ataupun masalah dalam perkawinan, kita selalu merasa benar.

Ketika itu adalah kesalahanku, kita bisa bilang bahwa “aku adalah korban, dan aku tidak perlu bertanggung jawab untuk semua yang terjadi, tapi ketika itu kesalahan pasangan, terserah kamu mau berubah atau tidak?” baca Matius 7:3-5 

 Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?

Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu.

Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."


Jebakan ketiga, Mengancam, memberi ultimatum

Dengan mengultimatum membuat pernikahan bersyarat, yang seharusnya berkolaborasi, kreatif, menjadikan pernikahan seperti atasan dan bawahan, orang tua anak, yang semestinya suami istri punya kedudukan sejajar.

Kata-kata yang sering terucap dalam komunikasi suami istri adalah ...


“Kamu sudah dewasa”

“Kamu bisa memilih bagaimana seharusnya yang kamu tunjukkan dalam pernikahan”

“Kamu bisa mengatur tingkah lakumu”

“Kamu bisa memilih responsmu”


Ini adalah kalimat-kalimat saling menyalahkan dan mengancam pasangan jika terjadi konflik atau tindakan yang keliru dalam hubungan suami istri.


Seminggu ke depan saya akan bahas 5 pilar keintiman di luar kamar dan 1 keintiman di dalam kamar dari buku Six Pillars of Intimacy by Alisa n Tony d’Lorenzo.


Hampir semua pasangan suami istri jika ditanya tentang keintiman yang perlu dibangun dalam relasi suami istri adalah keintiman tubuh. Lebih ekstrim lagi, menikah supaya tidak berbuat dosa dengan seks.

Berasumsi tentang keintiman seks dalam perkawinan tidak salah, tapi yang perlu dipahami, sesungguhnya keintiman seks hanya salah satu keintiman yang perlu diketahui oleh suami istri disamping keintiman-keintiman yang lain yang jauh lebih penting. 


(Agus - Vita)

0 Response to "KEBERHASILAN PERNIKAHAN"

ABOUT THIS BLOG

Beleza

Renungan Harian

Cari Blog Ini

Blog Archive

Cari Blog Ini

Top Social

Follow this blog with bloglovin

Follow this blog with bloglovin

Latest Pin

Recent Post