BATU SANDUNGAN
By
sianny
—
Minggu, 10 Juli 2016
—
Add Comment
—
Daily Bread,
Moment of Unity,
MoU Indonesia,
Renungan Harian
Wahyu 20:12 - Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu.
Pada akhirnya kita harus mempertanggung jawabkan segala yang Tuhan percayakan kepada kita, termasuk anak-anak kita.
Tentunya kita semua rindu untuk memberikan yang terbaik untuk mereka bukan?
Untuk itu kita harus memperhatikan cara kita mendidik dan membesarkan mereka, agar jangan sampai kita gagal menolong mereka dalam mempersiapkan mereka sebagai anak-anak Tuhan, atau bahkan menjadi batu sandungan untuk mereka tumbuh maksimal.
Bagaimanakah kita bisa menjadi batu sandungan bagi anak-anak kita?
1. Gagal melihat dan menerima keunikan anak dan memaksanya menjadi seperti apa yg kita mau alih-alih menemukan rencana Tuhan untuknya.
Atau membanding-bandingkan anak dengan orang lain (kita sendiri, kakak/adiknya, orang lain) sehingga percaya diri dan keberhargaan anak tidak terbangun, dan kita pun tidak bisa melihat potensi anak atau mensyukurinya (misal: keluarga Ishak & Ribka dgn Esau dan Yakub).
2. Tidak membawa anak2 kita kepada Tuhan, melepaskan tanggung jawab untuk mendidik mereka kepada pihak lain (pembantu, sekolah, gereja, dll.)
Bukan berarti kita tidak boleh menerima bantuan, tetapi kita harus menyadari bahwa tanggung jawab itu terletak di pundak kita sebagai orang tua (Mat 18:14). Kesadaran ini akan berpengaruh pada antusiasme dan peran kita di dalam mendidik mereka.
Atau justru kita memanjakan mereka sehingga mereka menjadi anak2 yg hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri (misal: anak2 Imam Eli).
3. Tidak bergantung kepada Tuhan
> Tidak berdoa (Yak 4:2-3)
> Mengandalkan pengalaman atau kekuatan kita sendiri atau manusia lain, bukan mengandalkan Tuhan (Ams 3:5-6). Padahal untuk mengetahui kehendak Tuhan bagi anak2 kita, kita harus terus bergantung dan bertanya kepada-Nya.
4. Menyesatkan mereka (Mat 18:5-6)
Hal ini bisa tanpa sadar kita lakukan, misalnya dengan dongeng2 nenek moyang, mitos2 atau takhyul untuk menakut-nakuti anak (jangan pulang lewat magrib, nanti diculik setan), atau mengajarkan hal-hal yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan, baik dengan perkataan maupun perbuatan kita karena anak belajar melalui teladan.
5. Menasihati tetapi tidak melakukan/munafik (Mat 15:11).
6. Menyakiti hati mereka (Kol 3:21, Ef 6:21)
Kita bisa menyakiti hati anak2 kita karena beberapa hal:
> Penolakan orang tua terhadap anak atau kekurangan anak.
> Pengabaian (neglect)
Ingat, kasih diukur dengan waktu dan perhatian, bukan materi atau fasilitas.
> Cara menegur/disiplin yang tidak adil atau berlebihan, yang pada akhirnya menimbulkan kepahitan.
> Arogansi orang tua yang selalu merasa benar dan tidak pernah mengakui kesalahannya, dan tidak mau mendengarkan alasan, apalagi meminta maaf kepada anak.
1 Korintus 9:27 -
Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.
0 Response to "BATU SANDUNGAN"