BAHAGIA YANG SEJATI
By
Moment of Unity Official
—
Kamis, 15 September 2016
—
Add Comment
—
Daily Bread,
http://momentofunity.org,
Moment of Unity,
MoU Indonesia,
Renungan Harian
Ayat bacaan : Matius 5:1-12
Kebanyakan orang menikah berharap ketika mereka akan berbahagia, tapi kenyataannya seringkali jauh panggang dari api. Banyak konflik dan permasalahan membuat kata bahagia itu sepertinya hanya ilusi belaka.
Problemnya mungkin karena dasar kita untuk berbahagia antara suami dan istri berbeda-beda tergantung sistem nilai masing-masing yang telah dibentuk oleh keluarga dan lingkungan sejak kita kecil. Tubrukan nilai-nilai tersebut dalam pernikahan kita menimbulkan perselisihan dan ketakutan yang sepertinya menjauhkan kita dari kebahagiaan.
Kotbah di bukit yang terkenal ini dimulai dengan ucapan BERBAHAGIALAH, dgn 10 alasan yang berbeda untuk berbahagia. Sayangnya kesepuluh alasan untuk berbahagia ini bukanlah hal yang umum dan mudah kita lakukan sekarang ini. Kata Berbahagia pertama yang masih terus diperdebatkan adalah Berbahagialah orang yang miskin dihadapan Allah. Kata miskin disini sering dimaknai sebagai miskin harta bagi pendukung Kristen penderitaan yang memaknai ketiadaan harta sebagai hal yang mulia dihadapan Tuhan. Disisi yang lain, kata miskin ini tidak dikaitkan dengan harta, tetapi mengenai kerohanian... Katanya Miskin Rohani dihadapan Tuhan. Ketika saya mempelajari kata Miskin disini ternyata dalam bahasa aslinya adalah ptochos, jatuh menyembah atau menjadi pengemis, peminta-minta, menjadi rendah. Dan Alkitab terjemahan BIS (Bahasa Indonesia Sehari-hari) memberikan pada kita arti yang lebih jelas : Berbahagialah orang yang merasa tidak berdaya dan hanya bergantung pada Tuhan saja; mereka adalah anggota umat Allah!
Setiap suami dan istri yang masih bergantung pada harta benda, kekayaan, kehebatan, posisi dan sebagainya tidaklah akan memperoleh kebahagian sejati. Kebahagian yang sejati hanya dapat kita peroleh dari kebergantungan kita kepada Tuhan saja... Ketika kita sudah belajar menjadi pengemis dihadapan Allah, menjadi bergantung kepada Allah, maka kita akan memperoleh kebahagian yang sejati....
Demikian juga dengan 9 kebahagian lainnya, kita perlu merenungi dan meresapinya senantiasa sehingga kita dapat memperoleh kebahagian kita yang sejati.
0 Response to "BAHAGIA YANG SEJATI"