LEAVES : TRANSITION/PERALIHAN
By
sianny
—
Selasa, 29 November 2016
—
Add Comment
—
Daily Bread,
http://momentofunity.org,
Moment of Unity,
MoU Indonesia,
Renungan Harian
Suami istri harus meninggalkan pola-pola lama yang diterima dalam keluarga masing-masing, kebiasaan-kebiasaan sebelum menikah, termasuk hobbi dan kesukaan dan kegemaran ketika masih sendiri.
Kata meninggalkan disini bukan hanya secara fisik; pindah rumah, tapi lebih pada masalah mental. Seperti Kemandirian keuangan, tanggung jawab keluarga dan ketergantungan pada orang tua.
Ketika suami istri disatukan dalam pernikahan kudus, mengikatkan diri dalam perjanian seumur hidup; mereka harus memutuskan semua ikatan emosi yang pernah ada (orang tua, saudara2, keluarga besar) untuk memberikan prioritas pada “Hubungan emosi yang baru” bersama pasangan mereka. Bahkan harus mempersiapkan diri untuk memutuskan hubungan emosi yang akan ada (anak-anak). Pemahaman mengenai “memutuskan hubungan” disini jangan dimengerti kurang ajar dan tidak sayang, tapi Leaves/meninggalkan disini berbicara masalah Prioritas dalam pernikahan.
The Bible is very down to earth and sober. It says, “A man leaves his father and his mother.”
Leaving is the price of happiness. There must be a clean and clear cut break. Just as a newborn baby cannot grow up unless the umbilical cord is cut, just so marriage cannot grow up and develop so long as no real leaving, no clear separation from one’s family takes place Walter Trobisch
Meninggalkan adalah harga sebuah kebahagiaan. Harus ada pemisahan yang jelas dan pasti. Seperti bayi yang baru lahir, tidak akan bisa bertumbuh dengan normal ketikan tali pusarnya tidak dipotong. Demikian juga dengan pernikahan.
0 Response to "LEAVES : TRANSITION/PERALIHAN"