Iklan

MENJADI "BAPA"

Efesus 6:4 (TB)  Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.  
   
Sepanjang minggu ini kita telah belajar bahwa Allah telah menetapkan Grand Design surgawi dalam “Keluarga”.

Alangkah luar biasanya Allah kita karena dapat kita panggil dengan suatu sebutan intim sebagai seorang … AYAH (BAPA).
Tidak ada dalam kepercayaan lain SANG MAHA KUASA ingin dipanggil dengan sebutan seintim ini.

Yesus datang mengubah banyak konsep tentang pribadi Tuhan. Ketika Ia memanggil Allah dengan sebutan BAPA, ada rasa keintiman yang dalam yang hendak IA nyatakan. Sedemikian dalam sehingga hubungan Bapa dan Anak tidak dapat dipisahkan. “ Aku dan Bapa adalah satu." kata Yesus (Yoh 10:30)
Begitu juga Bapa sangat mengasihi Anak, terbukti ketika Yesus dibaptis Bapa menyebutNya, "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan." 

Semua Tuhan gambarkan dengan jelas untuk menerangkan hubungan dan fungsi seorang “Bapa” dan Anak.
Ketika Allah menciptakan Adam dan  Hawa  dan memberkati dengan perkataan beranakcucu dan taklukkan bumi, ada peran yang besar yang Tuhan taruh dalam diri seorang Ayah. 
Namun perkembangan dunia telah mengubah peran Bapa dalam keluarga menjadi tidak lagi krusial. Manusia diperhadapkan pada pilihan menjadi egosentris dan tidak peduli dgn keadaan sekitar. Budaya hedonisme membuat banyak orang telah kehilangan tujuan hidupnya yg semula. Iblis telah merampas Ayah dari dunia. Saat ini dunia telah kehilangan fungsi seorang BAPA.

Dr Charles Schaefer, psikolog asal AS, pernah membuat survei terhadap 2.000 anak.  Ia menanyakan kepada mereka tentang perubahan apa yang mereka kehendaki terjadi dalam kehidupan keluarga mereka. Jawaban terbanyak bila diurutkan adalah: 1. Lebih banyak bertumbuh bersama keluarga dalam kerohanian, 2. Lebih banyak komunikasi dengan orangtua, 3. Lebih banyak waktu untuk bersama-sama sebagai satu keluarga. “Anak2 rindu hubungan kasih sayang dengan orangtua lebih dari materi”.

Psikolog anak dan remaja sekaligus Ketua Asosiasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja Indonesia (Akeswari) Dwidjo Saputro mengungkapkan berbagai hasil penelitian ini dalam Konferensi Keluarga Indonesia (KKI) 2012. Beliau menyatakan Remaja yang bermasalah di Indonesia kebanyakan berasal dari keluarga tanpa ayah. Di antaranya 85% remaja yang masuk penjara, 63% remaja bunuh diri, 80% pemerkosa yang dilatarbelakangi kemarahan, serta 85% penyimpangan tingkah laku.
Data Anak-Anak Internasional PBB menyatakan bahwa sekitar 50% anak kulit putih yang lahir di Amerika Serikat akan menghabiskan sebagian masa kanak-kanaknya dalam keluarga dengan ibunya saja. Bagi anak kulit hitam, persentasenya bahkan sekitar 80%.
Tidak heran kalau USA Today menyebut Amerika Serikat sebagai "negara nomor satu “keluarga tanpa ayah” sedunia"
Apakah akibat dari keluarga tanpa ayah ini? Survei Gallup di Amerika Serikat menyimpulkan bahwa 80% akan berhadapan dengan masalah sosial, kriminal, amoralitas, obat2an terlarang. Betapa besar pengaruh  "ketidakhadiran sosok ayah dlm keluarga” 

Banyak Ayah beranggapan bahwa urusan mengurus anak adalah tugas seorang ibu, padahal justru ayahlah yang lebih berperan dalam perkembangan jiwa seorang anak.hubungan Ayah yang dekat dengan seorang anak bahkan akan meningkatkan prestasi anak di sekolah.
Ayah lebih banyak distereotifkan hanya kepada urusan mencari nafkah semata. Bila seorang laki2 telah dapat menafkahi keluarganya artinya tugasnya telah selesai. idiom yang benar2 salah.

Adalah Anugerah Bila Tuhan masih memberikan kepada kita kesempatan untuk memperbaiki hubungan kita dgn  istri dan anak2, untuk membentuk suatu keluarga ilahi. Inilah waktu dimana hati bapa-bapa akan berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya… (maleakhi4:6)

0 Response to "MENJADI "BAPA""

ABOUT THIS BLOG

Beleza

Renungan Harian

Cari Blog Ini

Blog Archive

Cari Blog Ini

Top Social

Follow this blog with bloglovin

Follow this blog with bloglovin

Latest Pin

Recent Post