Iklan

CARA PANDANG KITA BUKAN CARA PANDANG TUHAN

"Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambarNya, menurut gambar Allah diciptakanNya dia; laki-laki dan perempuan diciptakanNya mereka" Kejadian 1 : 27

"Apa yang dilihat dari diri laki-laki itu?" mungkin pertanyaan itu tidak asing bagi kita, atau dibalik "Apa yang dilihat dari wanita itu?"
Tuhan menciptakan kita menurut gambarNya dan Dia memiliki kuasa untuk mengungkapkan gambaran tersebut kepada kita sesuai waktu yang dipandangNya tepat.

Yesus adalah Mesias, tapi tidak  semua orang memandangNya seperti itu, sebagian memandangNya sebagai  manusia biasa, sebagian lain memandangNya sebagai ancaman, Hanya kepada segelintir orang Tuhan memilih menyatakan diriNya sebagai  Mesias yang datang ke dunia menjadi manusia.

Dengan cara yang sama, Tuhan dapat menyatakan diriNya kepada kita melalui seseorang yang kemudian entah bagaimana,  cinta mulai mewarnai relasi tersebut dan orang itu kemudian menjadi pasangan kita.

Pada saat rasa kagum kita terhadap pasangan sirna, itu bukan karena Tuhan telah berhenti berbicara atau karena kita telah berhenti mendengarkanNya dan berhenti memandang dengan cara pandangNya.
Ketiadaan kasih merupakan penolakan terhadap kehadiran, hikmat dan kesetiaan Tuhan yang luar biasa untuk mengasihi, bahkan terhadap orang-orang  jahat dan tidak tahu berterima kasih. (Lukas 6:35)

Ketika cinta kita mulai luntur, itu disebabkan adanya perubahan dalam cara pandang kita, bukan cara pandang Tuhan. Keindahan yang dirancang Tuhan tetap ada dibalik sosok istri yang suka mengeluh atau suami yang mogok bicara. Kemarahan, kebencian atau kepahitan membuat kita tidak mampu melihat keindahan yang tersembunyi di dalam diri pasangan kita.

Untuk memelihara kasih, kita harus bermitra dengan Tuhan - belajar melihat pasangan kita sebagai mahluk kudus yang diciptakan segambar dengan Tuhan dan melalui mereka, Tuhan ingin menyatakan diriNya kepada kita. Jika pandangan kita dikuasai emosi semata, pandangan kita menjadi gelap.

Seorang wanita merasa tersanjung ketika akhirnya berhasil menikah dengan pria pujaannya, dan selama beberapa  waktu merasa bahagia, tapi  kemudian hatinya menjadi dingin dan keras sehingga ia pun menceraikan laki-laki tersebut. Kemudian sang duda ini menikah  dengan wanita lain, yang sama seperti mantan istrinya juga terpikat padanya. Dan wanita yang dinikahinya ini merasa heran mengapa mantan istri suaminya memilih untuk bercerai daripada menghabiskan hari-harinya bersama lelaki ini.

Lelaki yang sama menimbulkan tiga reaksi beruntun - senang, bosan dan kemudian senang lagi. Apakah ia sebenarnya adalah tiga orang yang berbeda, atau ia hanya sedang dipandang melalui tiga lensa yang berbeda? Mungkin kita harus memandang cinta seperti kacamata dengan lensa bifokal yang dobel fokusnya untuk memperbaiki rabun jauh maupun dekat, sehingga kita bisa melihat pasangan kita dengan cara yang tidak dilihat atau sudah berhenti dilihat oleh orang lain. Satu hal yang perlu kita lakukan hanyalah membersihkan lensa kita dan memohon supaya Tuhan menunjukkan kepada kita apa yang harusnya kita lihat.

Pasangan kita bisa membuat kita senang dan juga bisa membuat kita marah, membuat kita frustasi,  tetapi juga melimpahi kita dengan cintanya. Dalam situasi apapun, melalui setiap emosi, dan dalam setiap tahap kehidupan, pencarian kita harus tetap sama : mengenal Tuhan yang menyatakan diri di dalam dan di balik pasangan yang kita cintai.

Sebagian orang mungkin bertanya, "Apa yg ia lihat di dalam diri lelaki / perempuan itu?" Semoga jawaban kita adalah,"Saya melihat Tuhan, itulah yang  saya lihat dalam diri pasangan kita."

0 Response to "CARA PANDANG KITA BUKAN CARA PANDANG TUHAN"

ABOUT THIS BLOG

Beleza

Renungan Harian

Cari Blog Ini

Blog Archive

Cari Blog Ini

Top Social

Follow this blog with bloglovin

Follow this blog with bloglovin

Latest Pin

Recent Post