BELAJAR MENDENGARKAN
By
sianny
—
Sabtu, 01 April 2017
—
Add Comment
—
Daily Bread,
http://momentofunity.org,
Moment of Unity,
MoU Indonesia,
Renungan Harian
" Inilah AnakKu yang terkasih, dengarkanlah Dia"
Markus 9 : 7
Dalam pernikahan, kita belajar untuk mendengarkan. Bahkan ketika pasangan kita mengesalkan atau membuat situasi menjadi sulit bagi kita, kita tetap harus berusaha mendengarkan suara Tuhan yang lembut dan bertanya, "Apakah yang Tuhan ingin saya pelajari dalam situasi ini? Bagaimana Tuhan akan melatih saya kali ini? Apakah yang sedang Tuhan coba bentuk dalam karakter saya?"
Pernikahan adalah sebuah sekolah seni mendengarkan yang hebat. Mendengarkan itu awalnya terasa nyaris seperti tindakan yang tidak alami dan membutuhkan Kasih Karunia untuk melakukannya. Ketika marah atau kesal, seringnya kita tidak ingin mendengarkan siapapun, termasuk Tuhan. Sebagai manusia berdosa, kita yang sombong ini sangat ingin berbicara, didengarkan dan dipahami. Kita tidak tahan menunggu kesempatan untuk segera mengungkapkan pendapat, melampiaskan amarah atau menjelaskan maksud kita. Namun Alkitab memperingatkan " Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran"
(Amsal 10 : 19 )
"Mendengarkan adalah suatu disiplin yang aktif dan membutuhkan motivasi yang luar biasa dan kerendahan hati.
Mendengarkan ibarat pelumas untuk pertumbuhan rohani sekaligus kesehatan pernikahan. Tanpa pelumas itu, gesekan dan panas akan menyebabkan roda gigi hubungan kita macet, rusak, dan akhirnya meledak. Hubungan mulai retak ketika kedua belah pihak terus ingin berbicara dan berhenti mendengarkan. Menjalin kebersamaan, membangun keintiman, dan bertumbuh dalam kesatuan membutuhkan kesediaan diri untuk mendengarkan pasangan satu sama lain. "Ketika kita berhenti mendengarkan, kita berhenti mencintai."
Seringkali dalam doa, kita sibuk menyodorkan sederet daftar tentang hal-hal yang Tuhan perlu ubah di dalam diri pasangan kita, dan akhirnya kita tidak memperhatikan sederet hal yang hendak Tuhan ubah dalam diri kita melalui pasangan kita.
Mendengarkan membutuhkan perubahan sikap yang besar, kita harus masuk setiap hari di dalam pernikahan sebagai pelajar, bukan guru. Tuhan memakai berbagai tantangan dalam pernikahan untuk mengajar karakter kita. Dia juga memakai kita untuk mengajar pasangan kita bagaimana berpikir dan bereaksi. Dia memakai pernikahan untuk memberi kita cara pandang yang benar dan mungkin cara berpikir yang baru. Pelajaran Tuhan tidak dibatasi oleh kemampuan orang-orang yang hidup bersama kita. Tuhan dapat berbicara bahkan
melalui orang-orang yang paling parah dosanya sekalipun. Ketika kita menolak untuk mendengarkan, kita akan kehilangan semua pelajaran berharga tersebut.
Salah satu cara terbaik untuk mengubah pernikahan kita adalah dengan mulai lebih banyak mendengarkan dengan empati daripada berbicara. Dan ketika kita berdoa, lebih banyaklah mendengarkan Tuhan daripada mengeluh tentang pasangan kita. Tuhan dapat memakai situasi apa pun untuk mengajarkan sesuatu kepada kita, salah satunya melalui pernikahan kita, jika saja kita mau mendengarkan pelajaranNya.
Markus 9 : 7
Dalam pernikahan, kita belajar untuk mendengarkan. Bahkan ketika pasangan kita mengesalkan atau membuat situasi menjadi sulit bagi kita, kita tetap harus berusaha mendengarkan suara Tuhan yang lembut dan bertanya, "Apakah yang Tuhan ingin saya pelajari dalam situasi ini? Bagaimana Tuhan akan melatih saya kali ini? Apakah yang sedang Tuhan coba bentuk dalam karakter saya?"
Pernikahan adalah sebuah sekolah seni mendengarkan yang hebat. Mendengarkan itu awalnya terasa nyaris seperti tindakan yang tidak alami dan membutuhkan Kasih Karunia untuk melakukannya. Ketika marah atau kesal, seringnya kita tidak ingin mendengarkan siapapun, termasuk Tuhan. Sebagai manusia berdosa, kita yang sombong ini sangat ingin berbicara, didengarkan dan dipahami. Kita tidak tahan menunggu kesempatan untuk segera mengungkapkan pendapat, melampiaskan amarah atau menjelaskan maksud kita. Namun Alkitab memperingatkan " Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran"
(Amsal 10 : 19 )
"Mendengarkan adalah suatu disiplin yang aktif dan membutuhkan motivasi yang luar biasa dan kerendahan hati.
Mendengarkan ibarat pelumas untuk pertumbuhan rohani sekaligus kesehatan pernikahan. Tanpa pelumas itu, gesekan dan panas akan menyebabkan roda gigi hubungan kita macet, rusak, dan akhirnya meledak. Hubungan mulai retak ketika kedua belah pihak terus ingin berbicara dan berhenti mendengarkan. Menjalin kebersamaan, membangun keintiman, dan bertumbuh dalam kesatuan membutuhkan kesediaan diri untuk mendengarkan pasangan satu sama lain. "Ketika kita berhenti mendengarkan, kita berhenti mencintai."
Seringkali dalam doa, kita sibuk menyodorkan sederet daftar tentang hal-hal yang Tuhan perlu ubah di dalam diri pasangan kita, dan akhirnya kita tidak memperhatikan sederet hal yang hendak Tuhan ubah dalam diri kita melalui pasangan kita.
Mendengarkan membutuhkan perubahan sikap yang besar, kita harus masuk setiap hari di dalam pernikahan sebagai pelajar, bukan guru. Tuhan memakai berbagai tantangan dalam pernikahan untuk mengajar karakter kita. Dia juga memakai kita untuk mengajar pasangan kita bagaimana berpikir dan bereaksi. Dia memakai pernikahan untuk memberi kita cara pandang yang benar dan mungkin cara berpikir yang baru. Pelajaran Tuhan tidak dibatasi oleh kemampuan orang-orang yang hidup bersama kita. Tuhan dapat berbicara bahkan
melalui orang-orang yang paling parah dosanya sekalipun. Ketika kita menolak untuk mendengarkan, kita akan kehilangan semua pelajaran berharga tersebut.
Salah satu cara terbaik untuk mengubah pernikahan kita adalah dengan mulai lebih banyak mendengarkan dengan empati daripada berbicara. Dan ketika kita berdoa, lebih banyaklah mendengarkan Tuhan daripada mengeluh tentang pasangan kita. Tuhan dapat memakai situasi apa pun untuk mengajarkan sesuatu kepada kita, salah satunya melalui pernikahan kita, jika saja kita mau mendengarkan pelajaranNya.
0 Response to "BELAJAR MENDENGARKAN"