SIKAP SEBAGAI LAKI LAKI YANG BENAR DI HADAPAN TUHAN (3)
By
sianny
—
Rabu, 31 Mei 2017
—
Add Comment
—
Daily Bread,
http://momentofunity.org,
Moment of Unity,
MoU Indonesia,
Renungan Harian
Pria dewasa Berani Mengakui Kelemahan (Matius 7:5)
7:5 Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.
Kita pasti tidak pernah lupa dengan cerita alkitab di Hakim-Hakim tentang Simson, seorang yang lahir dan diberkati Tuhan dengan kekuatan yang luar biasa. Meski kuat luar biasa Simson akhirnya jatuh di tangan Delila. Mengakui bahwa “RAMBUT” adalah letak kekuatannya sekaligus menjadi kelemahannya.
Juga cerita fiksi tentang Superman tidak mempan peluru bahkan meriam sekalipun, tapi hanya dengan batu Kryptonite yang kecil, seluruh kekuatannya sirna.
Itu adalah cerita yang bisa menjadi ispirasi bagi semua Laki-Laki.
Sekuat dan sehebat apapun para laki-laki dan Suami. Pasti ada kelemahannya, mereka sering tidak sadar akan kelemahannya, dan yang bisa melihat kelemahan tersebut adalah orang-orang terdekatnya, Istri dan anak-anak mereka.
Yang sering terjadi adalah ketika para suami melakukan kesalahan dalam pengambilan keputusan, sikap dan tindakannya yang keliru, meski sadar bahwa itu salah tapi karena gengsi dan kekerasan hatinya, ada rasa malu karena ketahuan berbuat salah, ketika ditegur dia tidak terima dan menutupinya dengan kemarahan. Mengapa marah? Karena teguran istri dengan tujuan untuk kebaikan dan mengingatkan suami, diterima sebagai tuduhan yang menyalahkan dan mempermalukan.
Berani mengakui kesalahan bagi seorang laki-laki, para suami adalah sikap yang sangat “gentle”
Adalah mustahil kita bisa membuang selumbar di mata saudara kita ketika balok masih menutup mata kita. Tidak mungkin kita bisa menegur pasangan, jika kita sendiri tidak pernah mengakui kesalahan di hadapan istri dan juga anak-anak.
Sangat sulit bahkan tidak mungkin untuk menyelesaikan konflik yang terjadi dalam keluarga ketika seorang suami tidak bisa berkomunikasi dengan baik dan selalu “berpikir” bahwa dia kepala keluarga dan selalu benar. Selalu memaksakan kehendak dan mau menang sendiri. Orang lain yang harus menerima setiap keputusan tanpa ada diskusi yang terbuka.
Hai para suami dan laki-laki, mengakui kesalahan di hadapan anak dan istri tidak menurunkan harga diri, tapi justru memunculkan kepercayaan sebagai suami/ayah yang bertindak bijaksana di hadapan anak istri.
Kita akan memultiplikasi keluarga yang saling pengertian dan saling memaafkan, tapi sebaliknya ketika tidak melakukannya. Kekerasan hati kita wariskan kepada anak-anak dan generasi dibawah kita.
Apa yang kita harapkan terjadi dalam keluarga kita 50 tahun dari sekarang, nilai-nilai apa yang akan kita tinggalkan?
7:5 Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.
Kita pasti tidak pernah lupa dengan cerita alkitab di Hakim-Hakim tentang Simson, seorang yang lahir dan diberkati Tuhan dengan kekuatan yang luar biasa. Meski kuat luar biasa Simson akhirnya jatuh di tangan Delila. Mengakui bahwa “RAMBUT” adalah letak kekuatannya sekaligus menjadi kelemahannya.
Juga cerita fiksi tentang Superman tidak mempan peluru bahkan meriam sekalipun, tapi hanya dengan batu Kryptonite yang kecil, seluruh kekuatannya sirna.
Itu adalah cerita yang bisa menjadi ispirasi bagi semua Laki-Laki.
Sekuat dan sehebat apapun para laki-laki dan Suami. Pasti ada kelemahannya, mereka sering tidak sadar akan kelemahannya, dan yang bisa melihat kelemahan tersebut adalah orang-orang terdekatnya, Istri dan anak-anak mereka.
Yang sering terjadi adalah ketika para suami melakukan kesalahan dalam pengambilan keputusan, sikap dan tindakannya yang keliru, meski sadar bahwa itu salah tapi karena gengsi dan kekerasan hatinya, ada rasa malu karena ketahuan berbuat salah, ketika ditegur dia tidak terima dan menutupinya dengan kemarahan. Mengapa marah? Karena teguran istri dengan tujuan untuk kebaikan dan mengingatkan suami, diterima sebagai tuduhan yang menyalahkan dan mempermalukan.
Berani mengakui kesalahan bagi seorang laki-laki, para suami adalah sikap yang sangat “gentle”
Adalah mustahil kita bisa membuang selumbar di mata saudara kita ketika balok masih menutup mata kita. Tidak mungkin kita bisa menegur pasangan, jika kita sendiri tidak pernah mengakui kesalahan di hadapan istri dan juga anak-anak.
Sangat sulit bahkan tidak mungkin untuk menyelesaikan konflik yang terjadi dalam keluarga ketika seorang suami tidak bisa berkomunikasi dengan baik dan selalu “berpikir” bahwa dia kepala keluarga dan selalu benar. Selalu memaksakan kehendak dan mau menang sendiri. Orang lain yang harus menerima setiap keputusan tanpa ada diskusi yang terbuka.
Hai para suami dan laki-laki, mengakui kesalahan di hadapan anak dan istri tidak menurunkan harga diri, tapi justru memunculkan kepercayaan sebagai suami/ayah yang bertindak bijaksana di hadapan anak istri.
Kita akan memultiplikasi keluarga yang saling pengertian dan saling memaafkan, tapi sebaliknya ketika tidak melakukannya. Kekerasan hati kita wariskan kepada anak-anak dan generasi dibawah kita.
Apa yang kita harapkan terjadi dalam keluarga kita 50 tahun dari sekarang, nilai-nilai apa yang akan kita tinggalkan?
0 Response to "SIKAP SEBAGAI LAKI LAKI YANG BENAR DI HADAPAN TUHAN (3)"