SIKAP SEBAGAI LAKI LAKI YANG BENAR DI HADAPAN TUHAN (4)
By
sianny
—
Kamis, 01 Juni 2017
—
Add Comment
—
Daily Bread,
http://momentofunity.org,
Moment of Unity,
MoU Indonesia,
Renungan Harian
Pria dewasa Mahir Membangun Hubungan (Matius 7:7-11)
7:7 "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
7:8 Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.
7:9 Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti,
7:10 atau memberi ular, jika ia meminta ikan?
7:11 Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.
Tidak semua yang minta dan mengetuk akan mendapat dan dibukakan, harus ada hubungan yang baik dahulu. Contoh dalam pertemanan di Facebook, Instagram, Whatsapp, kita mau terima ketika kita kenal dan mengetahui latar belakang orang tersebut. Siapa teman-temannya, apa yang diposting dalam keseharian dan banyak faktor lain yang menjadi dasar kita menerima pertemanan.
Demikian juga Bapa kita di surga, ada hubungan baik baru diijinkan untuk meminta, mengetuk dan mencari.
Pun dalam hubungan suami istri, untuk lebih mengenal pasangan kita, harus membangun keintiman dengan pasangan.
Ada keterbukaan secara jiwa, apa yg kita suka dan tidak suka harus diketahui pasangan. Para istri jangan pernah berpikir bahwa suami akan mengerti tanpa harus bicara. Suami istri bukan terbatas hanya pemenuhan kebutuhan harian. Suami sering berpikir bahwa ketika tugasnya menjadi pencari nafkah sudah dilakukan, merasa bahwa tanggung jawab sebagai kepala keluarga sudah terpenuhi. Seluruh anggota keluarga harus menghormatinya.
Padahal kebutuhan perhatian, waktu dan kasih untuk Istri dan anak-anak adalah prioritas yang tidak tergantikan dengan materi.
Beberapa hari yang lalu tanpa sengaja saya sempat ngobrol dengan orang tua murid les piano anak kami. Anak ini mengalami masalah konsentrasi dan fokus, tindakannya tidak selayaknya anak usia belasan tahun, raut mukanya juga tidak ada keceriaan.
Pernah dikonsultasikan dengan seorang psikolog, dan didapati kalau anak ini kehilangan figure ayah.
Ternyata setelah ngobrol dengan saya, si ibu mengatakan kalau suaminya “anak Mama” banget. Selalu mendahulukan mamanya daripada istri dan anak-anaknya. Bahkan anak laki-lakinya sudah sampai titik tidak butuh papanya kalau saya tidak katakan membenci papanya.
Mertua ibu ini pernah bilang pada suaminya kalau tidak pernah ada kata “bekas mama” tapi kalau untuk istri, ada“bekas istri” padahal mereka Kristen dan mengerti kebenaran.
Dalam hal ini kedewasaan suami dalam membangun hubungan sangat dibutuhkan. Ketika suami mau belajar memberi keutamaan pada istri, maka cara bicara suami dengan mamanya menentukan kelanjutan hubungan antara mama dan istrinya. Bisa menjadi baik atau malah akan bermusuhan.
Pemahaman yang dangkal tentang konsep pernikahan “menjadi satu daging” dan meninggalkan ayahnya dan ibunya hanya sebatas dinding rumah.
Setelah beberapa kali bertemu dengan pasangan yang melibatkan orang ketiga (mertua), Istri saya bilang pada saya. "Nanti kalau punya calon mantu kita harus lebih dahulu menyayangi dan mengasihi mereka jika ingin anak-anak kita disayang dan dikasihi."
Sayangilah menantumu lebih dahulu, untuk mereka bisa mengasihi anak-anakmu
Menikah dan dipersatukan dalam pernjanjian seumur hidup akan terbangun keintiman secara ROH JIWA dan TUBUH.
Ketika suami istri setubuh mereka juga se roh dan se jiwa. Tidak pernah ada bekas istri.
Bagaimana dengan jalinan hubungan kita dalam keluarga bersama dengan orang tua dan mertua?
7:7 "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
7:8 Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.
7:9 Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti,
7:10 atau memberi ular, jika ia meminta ikan?
7:11 Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.
Tidak semua yang minta dan mengetuk akan mendapat dan dibukakan, harus ada hubungan yang baik dahulu. Contoh dalam pertemanan di Facebook, Instagram, Whatsapp, kita mau terima ketika kita kenal dan mengetahui latar belakang orang tersebut. Siapa teman-temannya, apa yang diposting dalam keseharian dan banyak faktor lain yang menjadi dasar kita menerima pertemanan.
Demikian juga Bapa kita di surga, ada hubungan baik baru diijinkan untuk meminta, mengetuk dan mencari.
Pun dalam hubungan suami istri, untuk lebih mengenal pasangan kita, harus membangun keintiman dengan pasangan.
Ada keterbukaan secara jiwa, apa yg kita suka dan tidak suka harus diketahui pasangan. Para istri jangan pernah berpikir bahwa suami akan mengerti tanpa harus bicara. Suami istri bukan terbatas hanya pemenuhan kebutuhan harian. Suami sering berpikir bahwa ketika tugasnya menjadi pencari nafkah sudah dilakukan, merasa bahwa tanggung jawab sebagai kepala keluarga sudah terpenuhi. Seluruh anggota keluarga harus menghormatinya.
Padahal kebutuhan perhatian, waktu dan kasih untuk Istri dan anak-anak adalah prioritas yang tidak tergantikan dengan materi.
Beberapa hari yang lalu tanpa sengaja saya sempat ngobrol dengan orang tua murid les piano anak kami. Anak ini mengalami masalah konsentrasi dan fokus, tindakannya tidak selayaknya anak usia belasan tahun, raut mukanya juga tidak ada keceriaan.
Pernah dikonsultasikan dengan seorang psikolog, dan didapati kalau anak ini kehilangan figure ayah.
Ternyata setelah ngobrol dengan saya, si ibu mengatakan kalau suaminya “anak Mama” banget. Selalu mendahulukan mamanya daripada istri dan anak-anaknya. Bahkan anak laki-lakinya sudah sampai titik tidak butuh papanya kalau saya tidak katakan membenci papanya.
Mertua ibu ini pernah bilang pada suaminya kalau tidak pernah ada kata “bekas mama” tapi kalau untuk istri, ada“bekas istri” padahal mereka Kristen dan mengerti kebenaran.
Dalam hal ini kedewasaan suami dalam membangun hubungan sangat dibutuhkan. Ketika suami mau belajar memberi keutamaan pada istri, maka cara bicara suami dengan mamanya menentukan kelanjutan hubungan antara mama dan istrinya. Bisa menjadi baik atau malah akan bermusuhan.
Pemahaman yang dangkal tentang konsep pernikahan “menjadi satu daging” dan meninggalkan ayahnya dan ibunya hanya sebatas dinding rumah.
Setelah beberapa kali bertemu dengan pasangan yang melibatkan orang ketiga (mertua), Istri saya bilang pada saya. "Nanti kalau punya calon mantu kita harus lebih dahulu menyayangi dan mengasihi mereka jika ingin anak-anak kita disayang dan dikasihi."
Sayangilah menantumu lebih dahulu, untuk mereka bisa mengasihi anak-anakmu
Menikah dan dipersatukan dalam pernjanjian seumur hidup akan terbangun keintiman secara ROH JIWA dan TUBUH.
Ketika suami istri setubuh mereka juga se roh dan se jiwa. Tidak pernah ada bekas istri.
Bagaimana dengan jalinan hubungan kita dalam keluarga bersama dengan orang tua dan mertua?
0 Response to "SIKAP SEBAGAI LAKI LAKI YANG BENAR DI HADAPAN TUHAN (4)"