PERNIKAHAN BUKANTENTANG WIN WIN SOLUTION TAPI KASIH

Efesus 5:22-32

Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya (Yohanes 15:13)

Surat Paulus kepada jemaat di Efesus ini adalah surat yang kerapkali menjadi referensi tentang dasar hubungan suami istri.

Dalam surat ini Paulus memerintahkan kepada jemaat di Efesus  agar istri-istri menundukkan diri kepada suami seperti kepada Tuhan (ayat 22). Dan suami-suami mengasihi istrinya sebagaiman a Kristus mengasihi jemaat (ayat 25)

Dalam 1 Petrus 3:1, Rasul Petrus menuliskan bagaimana penundukan diri istri kepada suami yang tidak taat kepada Firman, dapat memenangkan hidup sang suami. Mereka dimenangkan oleh kelakuan istrinya bahkan tanpa perkataan seperti yang selama ini kita ketahui bilamana ingin menginjili seseorang.

Saya memiliki contoh nyata  bagaimana firman Tuhan ini hidup dan memberi kemenangan bagi mereka yang percaya dan mau melakukannya. 

Sewaktu saya kecil, papa kerapkali pulang dini hari dalam keadaan mabuk akibat kalah berjudi. Judi menguasai hidup papa sehingga papa pun rela mempertaruhkan seluruh uang hasil pendapatan tokonya di meja judi setiap harinya.

Menghadapi keadaan papa yang seperti itu mama tidak pernah menyambut kepulangan papa dengan makian apalagi sambutan piring terbang. Mama tetap melayani segala kebutuhan papa. Menyiapkan air panas buat mandi, membuatkan susu panas, bahkan tetap memberikan pijatan lembut seperti kebiasaan papa ketika hendak tidur. Kata mama beliau menahan diri untuk menyinggung tindakan tidak benar yang sudah dilakukan papa. Sewaktu mengaduk segelas susu untuk papa terkadang mama tidak dapat menahan airmata yang jatuh dan mungkin saja masuk bercampur dengan susu hangat itu. Mama percaya bahwa kalah berjudi sudah cukup menemplak papa. Dia sudah terluka, tidak perlu kita menambahi kesedihannya, kecewanya dan lukanya; begitu kata mama. Mama menaruh harapan dan percayaNya kepada Tuhan Yesus dan dia tetap menundukkan diri kepada suaminya.

Di kemudian hari mama bisa mengajak papa bertukar pikiran untuk meninggalkan judi yang sudah menjeratnya itu.

Singkat cerita mama pun berhasil memenangkan hati suaminya. Beberapa tahun kemudian papa benar-benar total berhenti dari perjudian dan memisahkan diri dari komunitas yang menjeratnya. Dan hal ini menjadi kesaksian bagi kota kecil kami dimana mayoritas saling mengenal satu sama lain. Pernikahan mereka diselamatkan. Dan lebih dari itu, di usia pernikahan yang ke 24 papa pun menyatakan iman percayanya kepad a Tuhan Yesus, Tuhan yang dipercayai istrinya. Kemenangan itu pun dilengkapi dengan peneguhan pernikahan di altar gereja disaksikan jemaat dan anak-anak mama dan papa yang sudah beranjak dewasa. Kisah nyata tentang kasih dan pengorbanan, mengasihi dan menundukkan diri telah berhasil dipraktekkan kedua orangtua saya dan tentunya menjadi contoh berharga bagi kami anak-anaknya.

Pernikahan bukanlah hubungan bisnis yang mengenal istilah win win solution. Kamu untung, saya untung. Pernikahan bicara tentang saling.

Saling mengasihi, saling menghormati, saling berkorban. Kemenangan dalam pernikahan bukanlah saat suami dan istri sama-sama mendapat keseimbangan dalam hak dan kewajiban. Kemenangan dalam pernikahan adalah saat kasih tanpa syarat seperti yang diteladani Yesus bisa nyata dialami seluruh anggota keluarga, bahkan juga orang sekitarnya.

Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya (Yohanes 15:13).

Demikianlah dicontohkan Yesus yg memberikan nyawanya untuk kita. Demikian juga kita akan menjadi sahabatNya bilamana kita berbuat sepert i yang diprintahkanNya (Yoh 15:14)

Tak perlu jauh berpikir tentang kepada siapa kita kan memberikan nyawa kita, bila terhadap pasangan saja kita masih berhitung apakah hak kita dihormatinya dan apakah ia mengerjakan kewajibannya.

Sekali lagi, pernikahan bukan tentang win win solution, tetapi tentang kasih yang dinyatakan.....Wow indahnya !

Tweet