PASANGAN KITA BUKAN MALAIKAT
By
sianny
—
Sabtu, 21 April 2018
—
Add Comment
—
Daily Bread,
http://momentofunity.org,
Moment of Unity,
MoU Indonesia,
Renungan Harian
1 Timotius 1:15-16 Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: "Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa," dan di antara mereka akulah yang paling berdosa. Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya. Dengan demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-Nya dan mendapat hidup yang kekal
Kemarin kita belajar tentang kecerdasan Intrapersonal, yaitu meliputi kemampuan memahami kekuatan dan keterbatasan diri.
Jika kita kemarin belajar berdamai dengan mas alalu kita, maka hari ini kita belajar tentang kekuatan dan keterbatasan diri kita. Rasanya untuk mengetahui kekuatan dan kelebihan dirinya sendiri orang lebih mudah menyadarinya, malahan yang sering jadi permasalah adalah over confident alias terlalu yakin dengan kemampuan diri sendiri. Adalah lebih bijaksana jika kita juga menyadari bahwa setiap orang punya kelemahan dan keterbatasan.
Dari jaman dahulu kala, over confident ini udah banyak terjadi di kalangan rohani, seperti dikalangan para Ahli Taurat.
Dengan pengetahuannya tentang Taurat dan menjalankan peraturan-peraturan tentang perintah Agama, mereka merasa menjadi orang paling suci, paling benar, paling kuat dan menghakimi orang lain. Kita tahu bagaimana sikap Allah terhadap orang-orang seperti ini. Padahal Allah hanya butuh orang-orang yang rendah hati. Mengapa? Karena hanya orang yang rendah hati menyadari bahwa dirinya butuh kekuatan Tuhan dan diluar Tuhan kita tidak bisa berbuat Apa-Apa.
Rasul Paulus adalah orang yang banyak berbicara tentang bermegah dalam kelemahan, padahal dengan latar belakangnya sebagai Ahli Taurat dia sangat bisa bermegah akan pencapaian rohaninya itu. Karena gerah dengan kaum munafikun yang sering jumawa dengan pencapaian lahiriah, Rasul Paulus pernah menyebutkan latar belakangnya.
Filipi 3:6 Sekalipun aku juga ada alasan untuk menaruh percaya pada hal-hal lahiriah. Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi: disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat.
Namun Paulus mengatakan semua pencapaian itu adalah sampah setelah Dia bertemu dengan Yesus.
Filipi 3:7-8 Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus.
Rasul Paulus mengatakan dia lebih suka bermegah dalam kelemahannya.
2 Korintus 11:30 Jika aku harus bermegah, maka aku akan bermegah atas kelemahanku.
Dengan mengakui kelemahan kita justru kuasa Tuhan akan sempurna bekerja dalam kita.
2 Korintus 12:9 Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.
Di dalam Tuhan menyadari kelemahan dan keterbatasan kita dihadapan-Nya. justru menjadi kekuatan yang luar biasa. Saat kita mengakui kelemahan kita dan bergantung sepenuhnya kepada Kuasa Allah, maka justru kuasa Allah bisa bekerja secara leluasa di dalam kita.
Menyadari kelemahan dan keterbatasan kita menjadikan kita waspada dan menjauh saat berhadapan dengan kelemahan itu.
Dalam Firman Tuhan kita melihat bagaimana perbedaan Respon tokoh Alkitab terhadap godaan Sexual membawa hasil yang berbeda. Yusuf menyadari kelemahannya dan memilih kabur dari Tante Potty sementara Daud over confidence menyaksikan Batsyeba mandi dan akhirnya jatuh ke dalam Dosa perzinahan yang berbonus dosa pembunuhan.
Dengan menyadari kelemahan dan keterbatasan kita, kita juga bisa melatih agar apa yang menjadi kelemahan kita itu bisa diperbaiki atau di tingkatkan.
Tingkat kecerdasan intrapersonal tiap orang berbeda-beda. Tidak semua bisa melihat kekurangannya sendiri. Kita butuh orang lain untuk bisa menjadi cermin sehingga kita bisa berkaca diri.
Dalam pernikahan Tuhan sudah menyiapkan pasangan kita sebagai partner untuk bertumbuh bersama. Dengan dasar kasih suami-istri, saling mengingatkan kelemahan bukan menjadi ajang penghakiman, melainkan justru menjadi tempat pertumbuhan karakter, yang bisa dilakukan sepanjang hidup pernikahan kita.
Suami istri juga bisa saling menyempurnakan dan melengkapi kekurangan dan kelemahan pasangannya. Sudah bukan jamannya lagi untuk gengsi, lalu bersikap sok suci dan sok kuat dan menuntut pasangan untuk sempurna.
Kita bukan Superman, pasangan kita bukan malaikat. Saling terbukalah tentang kekurangan masing-masing dan bawa bersama dihadapan Tuhan. Sepakat untuk saling membangun dan bertumbuh bersama membuat kita bisa menyikapi secara bijaksana kelemahan dan kekurangan masing-masing.
Orang bijaksana tidak memuji diri sendiri, tidak bermegah karena kelebihannya. Bermegahlah dalam kelemahan kita dan kekuatan Kristus.
1 Korintus 1:31 Karena itu seperti ada tertulis: "Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan."
(Terry - Ciska)
0 Response to "PASANGAN KITA BUKAN MALAIKAT"