SALING MENGENAL SATU SAMA LAIN

Konsekuensi dari minimnya pengenalan adalah terjadinya pertengkaran demi pertengkaran ketika sudah berada dalam pernikahan. Misalnya, sesuatu yang dianggap akan menyenangkan pasangan ternyata justru dapat merupakan sesuatu yang paling menyebalkan. Pengenalan yang dangkal dapat mengakibatkan perkara sepele yang seharusnya tidak menjadi masalah besar. Ketika hal ini terjadi, maka hal-hal manis lainnya akan menguap begitu saja. 

Dan, bila yang terjadi kemudian adalah peperangan internal yang terus menerus, maka dibutuhkan pihak ketiga untuk menolong; seorang hamba Tuhan atau seorang konselor. Hamba Tuhan atau konselor dapat membantu pasangan suami-isteri untuk melihat masalah yang sebenarnya serta mencari jalan keluarnya. Suami-isteri perlu menemukan pengharapan yang memang harus dikorbankan, dan menerima hal-hal tertentu yang  tidak bisa diberikan oleh pasangannya.

Sisi lainnya adalah pasangan ini juga perlu didorong untuk tetap menikmati hal-hal yang bisa dinikmati, karena diasumsikan bahwa pada awalnya pasti ada hal-hal tertentu yang dapat dinikmati bersama. Hal yang masih dapat dinikmati itulah yang kemudian diinvestasikan, sementara hal yang tidak ada atau tidak dapat diberikan oleh pasangan tidak dipermasalahkan lagi. Dengan kata lain, masing-masing diajak untuk menginvestasikan waktu dan tenaga kepada hal-hal yang memang menghasilkan buah yang telah dicicipinya sebelumnya.

Renungkanlah pesan Tuhan hari ini :

“Nyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya. Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya” (Mazmur 133:1 & 3)

(Soendoro - Imelda)

Tweet