KEDEGILAN HATI
By
sianny
—
Selasa, 31 Desember 2019
—
Add Comment
—
Daily Bread,
http://momentofunity.org,
Moment of Unity,
momentofunity.org,
MoU Indonesia,
Renungan Harian
Hakim-hakim 6:1-4, 12-13
1. Tetapi orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN; sebab itu TUHAN menyerahkan mereka ke dalam tangan orang Midian, tujuh tahun lamanya,
2. dan selama itu orang Midian berkuasa atas orang Israel. Karena takutnya kepada orang Midian itu, maka orang Israel membuat tempat-tempat perlindungan di pegunungan, yakni gua-gua dan kubu-kubu.
3. Setiap kali orang Israel selesai menabur, datanglah orang Midian, orang Amalek dan orang-orang dari sebelah timur, lalu maju mendatangi mereka;
4. berkemahlah orang-orang itu di daerah mereka, dan memusnahkan hasil tanah itu sampai ke dekat Gaza, dan tidak meninggalkan bahan makanan apa pun di Israel, juga domba, atau lembu atau keledai pun tidak.
6. sehingga orang Israel menjadi sangat melarat oleh perbuatan orang Midian itu. Lalu berserulah orang Israel kepada TUHAN.
12. Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya dan berfirman kepadanya, demikian: "TUHAN menyertai engkau, ya pahlawan yang gagah berani."
13. Jawab Gideon kepada-Nya: "Ah, tuanku, jika TUHAN menyertai kami, mengapa semuanya ini menimpa kami? Di manakah segala perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib yang diceritakan oleh nenek moyang kami kepada kami, ketika mereka berkata: Bukankah TUHAN telah menuntun kita keluar dari Mesir? Tetapi sekarang TUHAN membuang kami dan menyerahkan kami ke dalam cengkeraman orang Midian."
Tidak pernah mau menyadari segala kesalahan yang sudah dilakukan oleh diri sendiri, dan jika terjadi sesuatu yang tidak berkenan atau tidak diharapkannya, maka orang lainlah yang dipersalahkannya.
Karena keras hati dan merasa yang dilakukannya adalah benar, orang tidak pernah mau mendengarkan saran atau masukan dari orang lain.
Bahkan karena "kedegilan" hatinya, orang sering "tidak bisa" peka dan "tidak mau" mengindahkan suara Tuhan. Tidak menghormati dan takut kepada penciptanya dengan berkata dan bertingkah semaunya sendiri.
Lupa bahwa dari setiap perkataan dan perbuatan yang sudah dilakukannya, orang tidak akan lepas dari tanggung jawab yang harus dihadapinya.
Meskipun Tuhan itu Maha Kasih, tapi hidup ini bukankah ada "tatanan" yang "harus dipatuhi" oleh setiap orang, baik itu secara hukum nya manusia maupun hukum Tuhan. Tapi "sepertinya". manusia "lebih patuh" terhadap hukum buatan manusia daripada hukumnya Tuhan. Padahal "sangsi hukum" dari manusia itu hanya "sementara" sifatnya, sedangkan sangsi hukum Tuhan itu "abadi".
Tapi justru aturan Tuhanlah yang lebih banyak dilanggar oleh orang. Seperti halnya yang dilakukan oleh orang Israel, yang sepertinya memang jadi "bad habbit" nya dengan "suka melanggar" aturan Tuhan, bahkan yang "selalu" saja dilanggar nya adalah hukum yang utama dan terutama yaitu Jangan ada allah lain dihadap an Ku, padahal mereka sudah mengerti sekali akan segala akibat yang akan ditanggungnya ketika mereka berani melanggarnya. Seharusnya juga, orang Israel bisa belajar dari pengalaman pahit yang selalu saja dialami nya ketika mereka berani melanggar aturan Tuhan.
Tapi entah mengapa mereka ini, tetap saja selalu menyakiti hati dan membuat Tuhan jadi bangkit murkanya terhadap mereka.
Seharusnya orang Israel tau dan sadar diri, bahwa ketika mereka keluar dan berada di luar lingkaran perlindungan Tuhan, maka kuasa Tuhan pun tidak lagi menyertai dan membentengi mereka.
Bukannya Tuhan yang tidak mau melindungi, tapi justru manusianya sendiri yang tidak mau dilindungi.
Selain itu anehnya, jika orang itu sudah terkena dampak dari tingkah lakunya sendiri, justru Tuhan lah yang terkena getahnya, maka diungkit ungkit lah semua janjiNya, yang menurut pikiran manusia nya yang keblinger itu , tidak ditepati Tuhan.
Yang salah siapa yang menerima kesalahannya siapa, Tuhan hanya bisa tersenyum pahit dan mengelus dada.
Manusia oh manusia, dikasihi dengan sepenuh hati , tapi ngelunjak, diberi hati minta ampelanya juga.
Bersyukur Tuhan itu masih panjang sabar, tapi sampai kapan ?
Tidak ada pertunjukan drama yang tidak ada akhirnya.
Apakah manusia menanti sampai akhir dari drama hidupnya ?
Jangan menyesal nantinya jika semuanya akan jadi terlambat.
Apakah hal ini dikatakan sebagai menakuti nakuti orang, karena mereka berdalih bahwa hidup ini adalah karena anugerah, Tuhan itu baik, maka itu terserah persepsi dari yang bersangkutan dalam menanggapinya, karena hidup ini adalah pilihan, bukan? Dan bukankah manusia selalu saja mau enaknya sendiri, tanpa mau peduli pada pihak yang lain.
Bagaimana dengan diri kita sendiri?
(Stephen - Hera)
0 Response to "KEDEGILAN HATI"