Iklan

MARAH PINTU MASUK DOSA

Kej 4:1-16, Ef 6:4

Kisah Kain dan Habil sampai saat ini masih banyak yang memahaminya bahwa persembahan kain tidak bagus dan kain telah berdosa dengan persembahannya. Tapi dengan memperhatikan komunikasi antara Tuhan dengan Kain, saya memperhatikan bahwa sebenarnya Tuhan tidak punya masalah sama sekali dengan persembahan dari Kain, dan itu bukan dosa.  
Kata kunci untuk memahami hal ini adalah kata "mengindahkan" dan "tidak mengindahkan", kata mengindahkan ini diterjemahkan dari kata sha'ah yang artinya "melihat dengan ketertarikan". 
Jadi kalau boleh diterjemahkan menjadi seperti ini "maka Tuhan melihat dengan penuh perhatian Habel dan persembahannya, sementara Tuhan melihat persembahan Kain biasa-biasa saja". Jadi tidak ada pernyataan dari Tuhan kalau mempersembahkan hasil pertanian sesuatu yang salah. 
Kembali ke fokus kita soal Gen dan Dosa. 
Yang jadi masalah bukan persembahan tetapi respon Kain terhadap apa yang dilihat dan dirasakannya.
Katakanlah Kain dan Habel adalah seperti anak-anak kita, pada suatu hari ketika ketika pulang dari kantor, Si sulung menunjukkan pada kita hasil lukisannya disebuah kertas gambar dan kita senang dengan apa yang diperlihatkannya pada kita, kita memeluknya dan memujinya. Tidak lama kemudian adiknya datang dari kamarnya dan menarik kita ke kamarnya, dan menunjukkan suatu gambar sederhana didinding yang menyentuh hati kita, entah kenapa kita lebih senang dan terharu dengan gambar si adik, kita demikian lebih senang dan terharu dengan gambar si adik daripada si sulung. 
Si sulung pasti merasakan perbedaannya dan itu pasti membuat hatinya iri dan merasa berbeda. 
Demikianlah yang terjadi dengan Kain, hatinya menjadi sangat panas (sangat marah ay-5) dan mukanya menjadi muram. Melihat perbedaan sikap Tuhan, Kain menjadi sangat marah. Kita selama ini berpikir bahwa Kain iri dan marah kepada Habel, tapi kalau kita baca dengan perlahan, maka kita bisa melihat bahwa sebenarnya Kain sangat marah kepada Tuhan. 
Marah dan kecewa hal yang wajar dalam menghadapi sesuatu yang mengecewakan kita dan itu bukanlah dosa, tetapi respon kita berikutnyalah yang menentukan nasib kita apakah kita jatuh dalam dosa. 
Mari kita perhatikan ayat 7, 
Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu;  ia sangat menggoda engkau  , tetapi engkau harus berkuasa atasnya. 
Ada satu penterjemahan lagi yang tidak tepat yakni Frasa " berbuat baik ", di ayat 7 ini kita bingung dgn frasa Jika engkau berbaik dan hubungannya dengan muda yang tidak berseri ? 
Kata " Yatab" yang diterjemahkan sebagai berbuat baik, sebenarnya bisa juga diterjemahkan sebagai "menerima",  "memandang baik" atau dalam bahasa milineal sekarang "ambil positifnya aja".
Jadi Kain tidak memandang baik kejadian tersebut dan tidak mau menerimanya, sehingga membuat dia marah, sampai disini Kain belum berdosa. Tetapi kain sudah berada didepan pintu, dosa yang telah menguasai manusia saat itu menggoda Kain untuk melakukan sesuatu yang jahat. Ketika kain membunuh Habel, kain telah membuka pintu dosa itu dan kutukan atas perbuatannya berjalan terus hingga dimusnakan keturunannya. 

Marah kepada Tuhan sebenarnya adalah dasar dari segala ketersesatan manusia dalam dosa. Sama seperti Adam dan Hawa yang juga terpedaya oleh ulah Iblis. Iblis membangun narasi bahwa Tuhan bukan pribadi yang baik, karena menjaga rahasia dan tidak mau manusia menjadi sama seperti Allah, membuat Hawa dan Adam marah,kecewa, merasa ditinggalkan oleh Tuhan. Adam dan Hawa juga "tidak memandang baik-Yatab"  hal tersebut sehingga mereka berbuat dosa.

Demikian sampai saat ini "Kemarahan kepada Tuhan" diwariskan dari generasi ke generasi, manusia meragukan kebaikan Tuhan, menjadi marah akan banyak hal yang buruk terjadi dalam hidupnya. Kemarahan ini seringkali dilampiaskan pada orang lain, seringkali pada anak-anak kita. 
Paulus menasehati kita supaya jangan membangkitkan amarah pada anak-anak kita, karena ketika anak-anak kita marah, seluruh sel-sel mereka akan mengaktifkan gen-gen yang telah dicemari dosa oleh nenek moyang kita. Bisa saja mereka menjadi pemurung, kecanduan game, narkoba, seks, menjadi penyuka sesama jenis dan aneka dosa-dosa lain yang tak terhitung banyaknya, dan kalau sudah terpapar sejak muda, maka epigenetics mereka menjadi lebih permanen dan sulit diubah diwaktu kemudian. 

(Jefri - Fani)

0 Response to "MARAH PINTU MASUK DOSA"

ABOUT THIS BLOG

Beleza

Renungan Harian

Cari Blog Ini

Blog Archive

Cari Blog Ini

Top Social

Follow this blog with bloglovin

Follow this blog with bloglovin

Latest Pin

Recent Post