WAKTU TUHAN BUKAN WAKTU KITA
Hampir semua manusia di kolong langit ini, ketika Pandemi Covid-19 melanda seluruh dunia, merasakan dunia itu tiba-tiba menjadi gelap. Kegelapan yang melanda dengan cepat, yang awalnya dirasakan Pandemi sepertinya masih jauh.
Tidak bedanya, ketika zaman Nuh. Ketika awal hujan lebat turun, semua manusia di kolong langit zaman nuh, merasa dan memprediksi, hujan akan segera berhenti. Karena berdasarkan sejarah tidak pernah ada hujan selebat apapun yang sampai berpuluh hari tanpa henti.
Namun hujan lebat itu tidak berhenti selama 10 hari, 20, 30 hari…bahkan semua mata air seperti terbuka, menambah banyaknya air melanda bumi. Ketika air mengejar mereka yang merasa aman mengungsi ke gunung tinggi, terdengarlah lolongan, jeritan, teriakan panik histeris ketakutan yang belum pernah terdengar dalam sejarah manusia Zaman Nuh.
Semua jeritan itu pasti terdengar oleh Nuh dan keluarganya yang ada dalam bahtera. Situasi ketakutan maha dahsyat dirasakan keluarga Nuh dalam Bahtera. Bahkan mereka juga merasakan begitu hebat hujan lebat yang turun tanpa henti sudah 30 hari lebih.
Sekalipun aman dalam bahtera, bukan berarti Nuh dan keluarganya tenang-tenang, bersuka cita senantiasa karena sudah aman. Rasanya sukar bagi Nuh untuk tidak terpengaruh oleh situasi keadaan itu. Mereka pasti membayangkan dan mendengar jeritan teman, tetangga, bahkan musuh mereka. Apalagi ketika mereka merasakan bahtera bergerak karena karena air melebihi tinggi gunung tempat bahtera dibuat.
Akhirnya, semua jeritan manusia itu lenyap, hanya suara desau air bah, hujan lebat, petir, guruh yang terdengar. Air bah mengamuk 40 hari lamanya baru berhenti. Ketika hujan berhenti, yang ada hanya kesunyian dan suara bahtera yang terapung di atas air bah….Nuh dan keluarga juga mengalami ketakutan, kesunyian, walaupun aman dalam bahtera.
Kami mengalami juga hal itu, dalam masa pandemi ini. Ketika pandemi lewat 6 bulan, barulah terasa kepanikan dan ketakutan yang mencekam kami. Doa sepakat dan persekutuan pribadi yang kami rutin lakukan sejak sebelum pandemi, bagaikan bahtera Nuh bagi kami, tapi situasi yang kami alami, tetap saja membuat ketakutan, kecemasan, kepanikan, kekuatiran, habis akal, putus asa.
Kejadian 8 : 1 - 3 Maka Allah mengingat Nuh dan segala binatang liar dan segala ternak, yang bersama-sama dengan dia dalam bahtera itu, dan Allah membuat angin menghembus melalui bumi, sehingga air itu turun. Ditutuplah mata-mata air samudera raya serta tingkap-tingkap di langit dan berhentilah hujan lebat dari langit, dan makin surutlah air itu dari muka bumi. Demikianlah berkurang air itu sesudah seratus lima puluh hari.
Ternyata dalam situasi air bah bah Tuhan mengingat Nuh dan semua yang ada dalam bahtera. Maka Tuhan menghentikan hujan lebat dan air bah surut. Puji Tuhan ! Air bah surut !!!!! Air bah memang mulai menyurut tapi sampai 5 bulan alias 150 hari bahtera masih terkatung-katung.
Kejadian 8 : 14 Dalam bulan yang ketujuh, pada hari yang ketujuh belas bulan itu, terkandaslah bahtera itu pada pegunungan Ararat.
Bahtera itu akhir terkandas di pegunungan ararat pada bulan ketujuh, hari ke 17. Air bah dimulai pada bulan 2 hari ke 17. Jadi tepat 5 bulan bahtera kandas, bukti air sudah dibuat surut. Apakah Nuh sudah ke luar dari bahtera ??????? BELUM !!!!
Kapan Nuh ke luar dari bahtera ? Pada bulan ke 2 hari ke 27, tahun berikut nya barulah Nuh keluar dari bahtera. Jadi Nuh ada dalam bahtera selama 1 tahun 10 hari. Dari bahtera kandas di ararat sampai keluar dari bahtera Nuh menunggu 5 bulan lebih 10 hari.
5 bulan sejak kandas sampai keluar dari bahtera merupakan hal sangat berat. Suasana memang tidak horor seperti waktu hujan, tapi semua terasa sepi, tidak ada suara apapun, sunyi, semua hilang lenyap, kosong, tidak ada apa-apa.
Pandemi juga memberikan situasi dan kenyataan yang sama. Bisnis sepi, yang ada di tangan lenyap, kosong, tidak ada apa-apa, tidak kabar yang baik untuk proyek-proyek aktif lagi, sunyi….
Situasi ini rasanya ingin cepat segera berakhir. Rasanya tidak tahan untuk berlama-lama. Tidak ada kekuatan lagi melewati hari-hari karena tidak ada apa-apa lagi. Berdoa dengan keras, sepakat dan beriman bahwa masa sulit ini segera berakhir. Namun ternyata sampai 1 tahun lewat.
Bukan kebetulan kalau Nuh dalam bahtera selama 1 tahun 10 hari. Sebagai catatan, 1 tahun 10 hari dalam bahtera, adalah waktunya Tuhan, bukan kemauan Nuh. Tuhanlah yang berkuasa menentukan, kapan, saya harus ke luar dari bahtera. Karena bahtera itu justru adalah tempat perlindungan selama air bah. Berdiam diri sejenak, mengurangi mobilitas dan kegiatan apapun, membangun persekutuan pribadi dengan Tuhan merupakan bahtera bagi saya di masa pandemi.
Sering saya berseru kepada Tuhan, rasa tidak tahan lebih lama lagi tanpa bisa melakukan apapun. Namun waktu Tuhan bukanlah waktu kami. Tuhan tahu yang terbaik, kapan Dia mengeluarkan kami dari bahtera.
(Hanbeng - Lydia)
0 Response to "WAKTU TUHAN BUKAN WAKTU KITA"