Iklan

WAKTU TUHAN BUKAN WAKTU KITA (2)

Dalam film animasi Nuh, banyak digambarkan kalau para hewan hidup bersuka cita, menyanyi, menari, makan minum dengan kenyang, dan konfliknya hanya perebutan makanan sesama binatang dalam bahtera. Sepertinya peristiwa Air bah begitu ringan. Setelah hujan berhenti, Nuh ke luar dari bahtera, bersyukur kepada Tuhan, dan ada pelangi yang indah… Ringan dan menghibur.


Padahal kehidupan dalam bahtera tidak seenak itu. Bayangkan saja selama 1 tahun lebih semua binatang dalam bahtera pasti sudah beranak pinak. Bagaimana mengurus makanan dan kotoran binatang, yang makin hari makin banyak. 


Pernahkah terlintas dalam pikiran kita, selama 1 tahun di dalam bahtera, apa yang dimakan Nuh dan keluarganya ? Ingat, waktu itu manusia belum makan daging binatang, hanya tumbuhan berbiji. Berapa lama buah-buahan bertahan ? Seandainya dibuat manisan yang tahan lama, apakah akan tahan 1 tahun ? Semua tumbuhan musnah karena air bah. Mau cari kemana kuliner online. Karena semua manusia di luar bahtera sudah binasa. 


Maka sudah bisa dipastikan Nuh dan keluarganya, berharap air bah surut, dan mereka bisa ke luar dari bahtera. Mereka jenuh di dalam bahtera. Nuh dan keluarganya sangat menantikan waktunya ke luar dari bahtera. Dalam penantian itulah, Nuh melakukan apa yang bisa dia lakukan. Hanya pekerjaan kecil, tapi dilakukan dengan harapan besar bahwa bencana telah berakhir. 


Kejadian 8 : 5 - 12 Sampai bulan yang kesepuluh makin berkuranglah air itu; dalam bulan yang kesepuluh, pada tanggal satu bulan itu, tampaklah puncak-puncak gunung. Sesudah lewat empat puluh hari, maka Nuh membuka tingkap yang dibuatnya pada bahtera itu. Lalu ia melepaskan seekor burung gagak; dan burung itu terbang pulang pergi, sampai air itu menjadi kering dari atas bumi. Kemudian dilepaskannya seekor burung merpati untuk melihat, apakah air itu telah berkurang dari muka bumi. Tetapi burung merpati itu tidak mendapat tempat tumpuan kakinya dan pulanglah ia kembali mendapatkan Nuh ke dalam bahtera itu, karena di seluruh bumi masih ada air; lalu Nuh mengulurkan tangannya, ditangkapnya burung itu dan dibawanya masuk ke dalam bahtera. Ia menunggu tujuh hari lagi, kemudian dilepaskannya pula burung merpati itu dari bahtera; menjelang waktu senja pulanglah burung merpati itu mendapatkan Nuh, dan pada paruhnya dibawanya sehelai daun zaitun yang segar. Dari situlah diketahui Nuh, bahwa air itu telah berkurang dari atas bumi. Selanjutnya ditunggunya pula tujuh hari lagi, kemudian dilepaskannya burung merpati itu, tetapi burung itu tidak kembali lagi kepadanya.


Nuh melakukan hal yang kecil yang bisa dilakukannya yaitu melepaskan burung gagak. Burung gagak itu pergi dan pulang, setiap dilepaskan. Begitu juga dia melepaskan burung merpati tiga kali. Dari burung merpati ini Nuh tahu bahwa air sudah berkurang dan mulai ada kehidupan di bumi, yaitu sudah ada daun zaitun segar, dan terakhir burung merpati tidak kembali. 


Perbuatan Nuh ini ternyata mirip yang saya lakukan di masa pandemi. Kalau Nuh melepaskan burung gagak, maka saya melayangkan surat lamaran kerja berkali-kali sampai tidak bisa menghitung berapa banyak. Seperti burung gagak kembali setelah dilepaskan, begitu juga lamaran melalui online selalu kembali dengan hampa. 


Lalu saya melakukan hal-hal lain yang kelihatan sepele. Ketika ada proyek sangat kecil, yang dulu selalu saya skip. Tapi sekarang apa yang ditemukan tangan saya, dikerjakan sepenuh hati tidak peduli besar atau kecil. 


Begitu juga tatkala Tuhan menginterupsi hari-hari kami untuk kami terutama istri saya melakukan usaha kuliner kuotie kecil-kecilan, kami taat lakukan dengan sepenuh hati dan fokus. Melakukan usaha kuliner sepertinya bukan habitat kami. Tapi apa yang Tuhan suruh kami lakukan, dan apa yang kami temukan di tangan, dikerjakan sepenuh hati, dan bersyukur…. Usaha kuliner Ini adalah langkah iman. Iman memerlukan tindakan, sekalipun tindakan itu kelihatan sepele. 

Seperti orang Israel, mereka bergerak dan berjalan melintas laut terbelah, bukan hanya berdiam berharap Tuhansaja yang berperang di depan mata mereka atau menyaksikan tulah ke 11 menimpa pasukan elite Mesir. 


Nuh melepaskan burung gagak dan merpati, untuk melihat apakah air sudah surut. Tetapi seperti juga Nuh, walaupun dia tahu bahwa air sudah kering, karena burung merpati yang dilepaskan ke 3 kali, tidak kembali lagi, Nuh masih menunggu sampai Tuhan yang meminta dia ke luar. Nuh menunggu waktunya Tuhan.


Saya pun menunggu waktunya Tuhan. Seperti burung gagak yang pergi datang, begitu juga lamaran kerja, saya selalu kirimkan terus dan selalu kembali lagi tanpa hasil. Sering kali rasanya tidak ingin lagi mengirim lagi, tapi entah kenapa selalu dilakukan lagi, dan selalu tidak ada hasilnya. Saya jadi konsisten untuk sesuatu yang mustahil yaitu mendapakan pekerjaan pada umur di atas 56 tahun.

Saya mengubah mindset. Usaha kuliner, saya anggap sebuah latihan untuk mematangkan hal yang dulu belum matang yaitu fokus dan manajemen. Sehingga jika suatu saat Tuhan menyuruh saya ke luar dari bahtera, saya sudah melatih hal itu. 


Jika kami mengandalkan kekuatan kami yang kecil, kami pasti tidak akan sanggup. Hanya karena Roh Kudus yang setiap hari kami minta berperan aktif, maka setiap hari selalu ada hikmat menghadapi hari-hari yang sukar. 


Roh Kuduslah yang memberi saya semangat dan kekuatan, ketika semua lamaran pekerjaan ditolak, dan saya mengirimkan terus. Saya aktif memberikan posting di media sosial profesional. Doa sepakat, persekutuan pribadi tidak pernah dilalaikan. 


Apakah persoalan kami selesai dengan melakukan semua itu ? BELUUMM !!!


Sebab waktu adalah rahasia dan bukti kebesaran Tuhan. Saya tidak akan pernah mengerti waktunya Tuhan secara tepat. Tetapi mungkin bisa mengenal tanda-tanda. Seperti Nuh, mengerti tanda-tanda ketika burung merpati tidak kembali. Tandanya air sudah surut dan sudah ada tumbuhan kembali di bumi. 


Tapi Nuh tidak tahu waktunya secara tepat kapan Tuhan menyuruh dia ke luar dari bahtera.  Kami hanya percaya bahwa waktu Tuhan selalu tepat. Tidak terlambat atau tidak terlalu cepat. 


(Hanbeng - Lydia)

0 Response to "WAKTU TUHAN BUKAN WAKTU KITA (2)"

ABOUT THIS BLOG

Beleza

Renungan Harian

Cari Blog Ini

Blog Archive

Cari Blog Ini

Top Social

Follow this blog with bloglovin

Follow this blog with bloglovin

Latest Pin

Recent Post