EMOSI TIDAK STABIL
Ciri-ciri yang kedua dari gambar diri yang rusak adalah ketidakmampuan untuk me-manage emosi (emosi tidak stabil)
Orang yang memiliki gambar diri yang rusak biasanya dihantui oleh kekuatiran, ketakutan, kesedihan, atau perasaan tidak aman, hal ini bisa tampak dalam beberapa perilaku sebagai berikut :
1. Mudah marah
Mzm 4:4 - Biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa; berkata-katalah dalam hatimu di tempat tidurmu, tetapi tetaplah diam.
Rasa tidak aman atau ketakutan secara psikologis akan menimbulkan mekanisme pembelaan diri (Self-Defense Mechanism), dan mekanisme pembelaan diri yang paling naluriah adalah ekspresi marah.
Seperti seekor binatang yang terpojok secara naluriah akan menyerang dan melawan dengan harapan untuk bisa meloloskan diri dari situasi terpojok yang dialaminya.
Marah adalah sebuah emosi yang normal dan sehat selama disalurkan secara proporsional dan terkendali dengan alasan yang jelas, akan tetapi rasa marah yang tidak terkendali seringkali berbahaya atau menimbulkan konsekuensi sosial dan psikologis bagi seseorang.
Seseorang dengan luka batin yang menanamkan rasa takut di dalam dirinya akan menjadi mudah marah karena selalu merasa dipojokkan oleh keadaan ataupun masalah-masalah (kecil) yang memicu rasa takut dan tidak aman di dalam dirinya.
Dan ketika seseorang berusaha berbicara untuk meluruskan masalahnya, dia akan menjadi semakin marah karena bahkan niat baik pun dianggap sebagai serangan terhadap dirinya. Dengan pola perilaku seperti ini, lambat laun orang-orang akan menjauhinya, dan hal ini membuat dirinya menjadi semakin merasa terpojok dan frustrasi.
Demikianlah dampak luka batin yang tidak dipulihkan, akan bergulung-gulung menyeret orang yang mengalaminya semakin dalam.
Kitab Amsal menggambarkan orang-orang yang seperti ini :
Ams 19:19 - Orang yang sangat cepat marah akan kena denda, karena jika engkau hendak menolongnya, engkau hanya menambah marahnya.
Kecenderungan kedua adalah melampiaskan rasa marah dan frustrasi kepada orang atau makhluk yang lebih lemah atau pada benda mati karena tidak berani atau tidak berdaya untuk membereskannya dengan orang yang bersangkutan, juga tidak dapat menerimanya dengan lapang dada.
Misalnya, seorang suami melampiaskan kekesalannya kepada atasannya di kantor terhadap bawahannya, atau bahkan terhadap istri dan anak-anaknya karena di kantor dia harus menjaga "image" dan menahan kemarahannya.
Padahal orang yang sehat mental dan spiritual seharusnya bisa membereskannya dengan berbicara, berbagi perasaannya, dan dengan berdoa untuk mendapatkan kembali ketenangan dan damai sejahtera yang dari Tuhan.
Atau sekelompok remaja yang tergabung dalam geng atau kelompok pembuat onar dan perusak, tawuran, membegal, mencoret-coret dinding dan pintu rumah orang lain, tindakan mereka seringkali adalah merupakan jeritan pemberontakan dari hati yang terluka.
Dan kecenderungan lain adalah sikap hostile (menyerang), baik dengan perbuatan, perkataan (kata-kata kasar atau kata-kata menyakitkan), maupun bahasa tubuh (gesture) saat ada seseorang atau kejadian yang memicu rasa marahnya.
Matius 7:17-18 - Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik.
Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik.
Apa yang ada di dalam hati seseorang, walaupun ditahan, dikendalikan ataupun ditutupi, suatu waktu akan tampak, khususnya pada keadaan tertekan atau terdesak
Selama sumber masalahnya belum dibereskan, maka setiap kali muncul pemicu (trigger) yang "menyentil" tombol kepahitannya, reaksi mekanisme pembelaan dirinya akan teraktifasi seperti bom yang tidak stabil dan siap meledak.
2. Mudah tersinggung (sensi) atau mentalitas "korban"
Yak 1 :19 - Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah
Seseorang yang insecure atau tidak memiliki rasa aman, seringkali sangat mudah tersinggung.
Segala hal yang ada seolah-olah menyerang dan menyudutkan dirinya.
Dia berpikir orang-orang berbisik-bisik membicarakan dirinya, dia berpikir perkataan orang-orang ditujukan untuk menyindir dirinya, dan dia merasa setiap kritik yang muncul adalah serangan untuk menjatuhkannya, sangat sulit untuk melihat sesuatu sebagai niat baik atau saran positif baginya.
Misalnya seorang istri yang insecure, pada saat suaminya memberikan masukan tentang rasa masakannya, maka dia akan merasa bahwa suaminya tidak menyukai masakannya dan menganggapnya sebagai seorang tukang masak yang buruk, kemudian ia pun mogok memasak dan bersedih atau marah selama berhari-hari.
Padahal suaminya hanya memberi masukan supaya masakan sang istri menjadi lebih baik lagi.
Atau seorang seorang teman yang langsung merasa disisihkan ketika melihat dari status sosial media seseorang bahwa beberapa teman yang lain pergi bersama tanpa mengajak dirinya.
Padahal mungkin teman-temannya kebetulan bertemu di suatu tempat tanpa direncanakan.
Sedangkan mentalitas korban adalah ketidakmampuan untuk bersyukur atau menerima keadaan karena merasa hidupnya tidak adil, tidak bahagia, malang dan menderita.
Untuk segala hal cenderung menyalahkan orang lain atau keadaan, dan selalu melihat dirinya sebagai korban.
3. Mudah depresi dan putus asa
Amsal 12:25 - Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang, tetapi perkataan yang baik menggembirakan dia.
Seseorang yang tidak memiliki rasa aman tentunya akan mudah merasa tertekan saat mengalami masalah ataupun penderitaan.
Sebenarnya, kekuatiran ataupun kesedihan adalah sebagai reaksi dari suatu hal yang tidak menyenangkan adalah emosi yang normal sebagai manusia.
Akan tetapi ketidakmampuan seseorang di dalam mengatasi kekuatiran atau kesedihan tersebut dapat menyebabkan depresi.
Sebuah jurnal psikologi mendefinisikan depresi sebagai berikut:
- Depression is a constant feeling of sadness and loss of interest, which stops you doing your normal activities.
Depresi adalah perasaan sedih dan tidak bergairah yang menetap sehingga menyebabkan seseorang tidak dapat menjalani kehidupannya secara normal.
Bukan saja terasa tidak menyenangkan, tetapi seringkali depresi membawa seseorang kepada hal-hal yang berbahaya seperti penyakit mental, kecanduan, bahkan berusaha untuk mencelakakan orang lain ataupun diri sendiri.
Apakah ada di atara kita atau orang-orang di sekitar kita yang mengalami salah satu gejala di atas?
Kami mengajak teman-teman MoU untuk berdoa untuk diri kita sendiri maupun orang-orang di sekitar kita yang mengalaminya.
Karena, tanpa pemulihan dan pertolongan Tuhan, mereka tidak dapat mengalami berkat sukacita, damai sejahtera dan kelimpahan yang Tuhan sediakan bagi anak-anak-Nya
Yohanes 10:10 - Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.
Tuhan Yesus memberkati
(Chandra - Sansan)
0 Response to "EMOSI TIDAK STABIL"