Iklan

BERPROSES DALAM KASIH KARUNIA

Hakim-Hakim 11:30-31 Lalu bernazarlah Yefta kepada TUHAN, katanya: "Jika Engkau sungguh-sungguh menyerahkan bani Amon itu ke dalam tanganku, maka apa yang keluar dari pintu rumahku untuk menemui aku, pada waktu aku kembali dengan selamat dari bani Amon, itu akan menjadi kepunyaan TUHAN, dan aku akan mempersembahkannya sebagai korban bakaran." 


Terkadang Ada masalah kehidupan yang ketika kita alami, memang kita tidak tahu mengapa harus terjadi.

Tetapi banyak kali juga masalah yang kita hadapi, datangnya karena kesalahan kita sendiri: Karena kita salah mengambil keputusan.


Setiap keputusan yang kita ambil, mengandung konsekuensi yang harus kita tuai,  dan harus kita pertanggung jawabkan.


Nazar Yefta adalah salah satu contoh peristiwa “cari masalah” karena ketidak-matangan karakter, yang di tangisi sampai kini


(Hakim-hakim 11:40) bahwa dari tahun ke tahun anak-anak perempuan orang Israel selama empat hari setahun meratapi anak perempuan Yefta, orang Gilead itu.


Hidup tertolak sejak kecil, tidak dicintai dan mengalami kepahitan,  tidak hanya membuat Yefta mengalami krisis identitas, namun juga membuatnya  sulit mengerti konsep “Kasih Karunia".

 

Tidak ada yang gratis di dunia ini pikirnya, semua harus dicapai dengan pengorbanan.

Pengalaman hidup Yefta mengajarkan, bahwa dia harus hebat dahulu, barulah orang-orang yang membencinya menjadi membutuhkan dan menyanjungnya. 


Akhirnya dia juga mengira Kasih Allah itu bersyarat, dan untuk mengabulkan keinginannya, dia harus mengorbankan sesuatu pada Tuhan. Ada sesuatu yang di BARTER untuk mendapatkan Kasih dan pertolongan Tuhan.


Sebenarnya Tuhan sama sekali tidak membutuhkan korban apa-apa dari Yefta, Tuhan memberikan kemenangan kepada Yefta secara gratis.


Mengorbankan Anak Gadisnya sebagai korban bakaran, adalah keputusan salah dari kehendak bebas Yefta sendiri dan bukan kehendak Tuhan atau takdir.


Kepahitan hidup Yefta, membuat dia bermental “korban”,  Mengasihi diri sendiri (Self Pity),  yang akhirnya malah mengorbankan orang lain.


Pertanyaan Bagi Kita, Berapa banyak dari kita yang karena kepahitan hidup,  membuat karakter kita bermental “korban”?.

Mengasihani diri sendiri, mudah menyalahkan pasangan atau orang lain, menyalahkan keadaan, menyalahkan setan, bahkan menyalahkan Tuhan?


Orang bermental “korban” ini egois, tidak dewasa dan tidak bertanggung jawab, seringkali suka mengorbankan dan merugikan orang lain.


Berapa banyak dari kita yang juga seperti Yefta,  yang meskipun sudah menerima Kasih Karunia Tuhan, tetapi masih suka salah paham dan mengira semuanya adalah hasil usaha kita. Mengira semua yang dari Allah perlu dibarter dengan Usaha kita. 


Mengira Kebaikan Allah adalah Hasil Barter kesalehan kita, atau Mengira keselamatan itu hasil Barter perbuatan baik kita. 

Padahal tidak ada kesalehan dan  perbuatan baik kita yang cukup untuk menyelamatkan kita.


Berapa banyak dari kita yang memberi bukan karena murah hati, tetapi karena menganggap Tuhan itu pesugihan?.

Yang kalau kita “mengorbankan” sesuatu, maka kita akan menuai sesuatu lebih banyak.

Sehingga Kalau diberkati, mereka akan berpikir ini karena hasil korban mereka, hasil usaha mereka.

Tetapi Kalau tidak diberkati, mereka akan mudah kecewa dan menyalahkan Tuhan.


Semua yang kita Lakukan bagi Allah (berdoa, berpuasa, hidup kudus, suka memberi, dll) adalah UNGKAPAN SYUKUR KITA karena kita MENGASIHI-NYA , sebab Allah terlebih dahulu mengasihi Kita.

Bukan supaya Allah memberkati, menolong atau melakukan sesuatu bagi kita.


Tidak ada satupun di dunia ini  yang adalah milik kita, semua hanya anugrah cuma-cuma dari Allah. 

Kita hanya pengelola Kasih Karunia Allah yang menikmati pemeliharaan-Nya.


Efesus 2:8-9 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.


Tanpa memaknai bahwa kehidupan, keselamatan, berkat, pemelihaan adalah Kasih Karunia-Nya semata, maka hidup kita tidak akan bahagia, tidak puas, takut akan masa depan, mudah kecewa, bahkan hidup dalam kemunafikan dan putus asa.


Kecaplah kebaikan Tuhan, resapi Kasih-Nya yang tanpa syarat.

Hitung semua berkat yang sudah kita nikmati sepanjang hidup dan MENGUCAP SYUKURlah.


Nikmati pemeliharaan Tuhan dalam hidup kita, pernikahan kita, anak-anak kita dan belajar mengasihi tanpa batas.


Yohanes 1:16 Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia.


For from his fullness we have all received, grace upon grace.


Let’s celebrate HIS Victory 💪🏻

0 Response to "BERPROSES DALAM KASIH KARUNIA"

ABOUT THIS BLOG

Beleza

Renungan Harian

Cari Blog Ini

Blog Archive

Cari Blog Ini

Top Social

Follow this blog with bloglovin

Follow this blog with bloglovin

Latest Pin

Recent Post