PENILAIAN YANG SALAH
1 Samuel 1 : 1-17
Segudang harapan, rencana dan keinginan yang kita bawa di tahun yang baru ini, dengan harapan apa yang kita alami di tahun yang lalu tidak akan terulang lagi. Inilah saat dimana kita bisa merenungkan kenapa kita gagal. Mengapa doa-doa yang kita panjatkan belum kunjung menjadi kenyataan, bahkan berantakan. Belum ada jawaban, sudah ada lagi masalah baru. Mungkin selama ini kita hanya mengandalkan kekuatan sendiri dan merasa mampu tanpa perlu pertolongan Tuhan ataupun campur tangan Tuhan.
Dalam hidup ini keadaan tidak selamanya bersahabat, ada saja tantangan dan pergumulan yang dihadapi.
Dalam renungan ini dikisahkan ada seorang laki-laki suku Efraim.
"orang ini mempunyai dua istri: yang seorang bernama Hana dan yang lain bernama Penina; Penina mempunyai anak, tetapi Hana tidak.(ay. 2)
Orang itu dari tahun ke tahun pergi meninggalkan kotanya untuk sujud menyembah dan mempersembahkan korban kepada Tuhan semesta alam di Silo. Di sana yang menjadi Imam TUHAN ialah kedua anak Eli , Hofni dan Pinehas”.(ay. 3)
Seperti dikatakan dalam bacaan kita : Tetapi madunya selalu menyakiti hatinya supaya ia gusar sebab TUHAN telah menutup kandungannya. (ay. 6)
"Demikian terjadi dari tahun ke tahun setiap kali hendak pergi ke rumah TUHAN, Penina menyakiti hati Hana sehingga ia menangis dan tidak mau makan." (ay. 7)
Walaupun suami Hana menanyakan kenapa ia tidak mau makan dan terlihat sedih, tidak ada jawaban dari Hana. Sebaliknya Hana membawa persoalannya kepada Tuhan sambil menangis tersedu-sedu. Pada ayat 12 dikatakan Hana terus berdoa di hadapan Tuhan. Doa Hana adalah doa yang tulus dari hati yang paling dalam, bukan pura-pura.
Ketika Hana bernazar kepada Tuhan kita perhatikan penekanan kalimatnya :
“TUHAN semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-MU ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-MU ini, tetapi memberikan kepada hamba -MU seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada TUHAN untuk seumur hidupnya...”
Ketika Hana berdoa terus menerus dihadapan TUHAN , maka Eli memperhatikannya.
Eli berkata kepada Hana : “Berapa lama lagi engkau berlaku sebagai orang mabuk? Lepaskanlah dirimu dari pada mabukmu. Tapi Hana menjawab : " Bukan tuanku , aku seorang perempuan yang sangat bersusah hati; anggur ataupun minuman yang memabukkan tidak kuminum, melainkan aku mencurahkan isi hatiku di hadapan TUHAN.” (ay.15)
Jawab Eli pada ayat 17,
"Pergilah dengan selamat, dan Allah Israel akan memberikan kepadamu apa yang engkau minta dari pada- NYA."
Imam Eli membuat pernyataan yang salah terhadap Hana yang sedang berdoa karena pergumulannya yang berat, sehingga Hana tidak dapat mengeluarkan suara.
Dari peristiwa ini kita belajar menjadi pribadi yang tidak cepat menilai, tetapi lebih dahulu mencari tahu apa yang sedang terjadi, sehingga tidak salah dalam menilai seseorang. Sebab tidak semua yang kita lihat sesuai dengan pikiran kita.
(Daniel Sopa)
0 Response to "PENILAIAN YANG SALAH"