UCAPAN PERMOHONAN
“Aku haus!” (Yoh. 19:28)
Kristus dapat berempati bersama mereka yang sedang berada dalam penderitaan, karena Dia adalah juga manusia sejati yang pernah merasakan berbagai penderitaan dan pencobaan selama Dia melayani di dunia. Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai (Ibrani 2:18).
Masalah penderitaan menjadi salah satu hal membingungkan. Mengapa penderitaan diperlukan di dunia yang diatur oleh Tuhan yang sempurna? Mengapa penderitaan harus terjadi dan dialami oleh orang percaya? Bukankah Tuhan memiliki kekuatan untuk mencegah kejahatan dan penderitaan? Dia berkata bahwa Ia mengasihi semua orang terlebih mereka yang percaya, akan tetapi mengapa harus ada kemiskinan, rasa sakit, kemalangan, bahkan kematian? Apakah Allah melihat? Apakah Allah mengetahui? Bukankah Ia adalah kasih? Apakah Dia benar-benar peduli? Jawaban dari semua pertanyaan tersebut terjawab melalui penderitaan Yesus di kayu salib.
Allah bukan saja berempati terhadap penderitaan manusia tetapi Ia sendiri juga turut merasakan kelemahan-kelemahan manusia, meskipun Ia tidak berbuat dosa. Oleh sebab itu, Ia dapat menolong mereka yang dicobai dan sedang menderita. Yesus peduli akan setiap pergumulan yang sedang dihadapi oleh setiap orang percaya. Ia mau supaya semua orang percaya sungguh-sungguh mengandalkan Dia dan percaya bahwa Ia sanggup menolong sebab Ia mengerti dan Ia yang memelihara kehidupan (1 Petrus 5:7).
Engkau mengenal celaku, maluku dan nodaku; semua lawanku ada di hadapan-Mu. Cela itu telah mematahkan hatiku, dan aku putus asa; aku menantikan belas kasihan, tetapi sia-sia, menantikan penghibur-penghibur, tetapi tidak kudapati. Bahkan, mereka memberi aku makan racun, dan pada waktu aku haus, mereka memberi aku minum anggur asam” (Maz 69:20-22).
Ucapan Yesus : “aku haus,” dan setelah itu diberi minum anggur asam (Yoh 19:28-29), telah dinubuatkan dalam Kitab Mazmur dalam situasi yang dialami oleh raja Daud. Pada saat itu, ia sedang dalam keadaan tercela, menanggung ras malu dan aib. Termasuk menghadapi penolakan keluarga, seperti dikatakan : "Aku telah menjadi orang luar bagi saudara-saudaraku, orang asing bagi anak-anak ibuku" (Maz 69:9)
Karena beban hidup yang berat, Daud mengungkapkan keadaan dirinya : “… aku putus asa; aku menantikan belas kasihan, tetapi sia-sia…” (Maz 69:21).
Kadang-kadang dalam kehidupan pernikahan dan keluarga, sebagai suami atau isteri, kita harus menghadapi pergumulan dan problem yang rumit. Masa pandemi membuat banyak keluarga terperosok dalam kegagalan yang membuat malu. Atau harus menanggung aib karena sikap dan perilaku dari pasangan.
Peristiwa kematian Yesus telah membuktikan, bahwa Dia adalah manusia sejati yang pernah merasakan berbagai penderitaan dan pencobaan selama Dia melayani di dunia. Dan, Dia peduli akan setiap pergumulan yang sedang dihadapi oleh setiap orang percaya.
Oleh sebab itu dengarkan Firman-Nya : “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan” (Mat 11:28-29)
SELAMAT PASKAH🙏
(Soendoro - Imelda)
0 Response to "UCAPAN PERMOHONAN"