MEMBANGUN HUBUNGAN PRIBADI DENGAN TUHAN
Di kota besar seperti Jakarta yang penuh kesibukan, menyediakan waktu Doa bersama sebagai pasangan suami istri bukan hal yang mudah. Perlu dipraktekkan tanpa henti. Kalau doa bersama saja sudah sukar, apalagi doa pribadi bagi seorang pria / suami. Ada sebuah keluarga yang rutin Doa Bersama.
Malah Sang Suami, bisa memecahkan langkanya seorang pria / suami yang menyediakan waktu pribadi khusus untuk berdoa.
Pagi itu ketika Doa Bersama akan dimulai mendadak Sang Suami berkata.
Suami : Sayang, tadi waktu aku doa, Roh Kudus mengingatkan sesuatu.
Istri : Roh Kudus mengingatkan apa sayang ?
Sang Istri melihat suaminya seperti menahan isak tangis, beberapa saat Sang Suami berdiam sampai akhir dia bisa berkata dengan suara bergetar.
Suami : Roh Kudus tadi mengingatkan, kalau aku menyimpan berhala.
Istri : Selama kita menikah aku tahu kamu tidak pernah punya jimat atau sejenis itu.
Suami : Yang Roh Kudus ingatkan tentang berhala bukan yang seperti itu. Berhala adalah segala sesuatu yang menempati tempatnya Tuhan Yesus dalam hatiku.
Sang Istri menatap suaminya.
Istri : Memangnya siapa yang menempati tempatnya Tuhan Yesus dalam hatimu.
Sang Suami tidak dapat menahan perasaannya lagi. Jebollah tanggul pertahan air matanya. Sejenak Sang Suami terisak, setelah beberapa saat, dia bisa menguasai emosinya.
Suami : Dalam Roma 1 : 22 – 23, Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh. Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar. Sayang gambarang yang mirip dengan manusia itu zaman dahulu memang patung berhala. Tapi dalam hidupku, yang menjadi berhala adalah diriku sendiri. Diriku itulah yang menempati tempatnya Tuhan Yesus dalam hatiku.
Sang Istri memandang suaminya. Perasaannya campur aduk.
Suami : Tuhan Yesus bukan tidak berperan dalam hidupku kan sayang. Kamu pasti tahu itu. Tuhan Yesus ada di hatiku, tapi tempat yang seharusnya untuk Tuhan Yesus, kududuki, sehingga Dia tidak berkuasa penuh atas diriku. Ahhh, mengingat ini, Tuhan Yesus benar-benar panjang sabar. Berpuluh tahun dia bukan penguasa dari tempatNya di hatiku.
Istri : Sungguh anugerah Tuhan besar bagimu.
Suami : Jika aku tidak membangun hubungan pribadi dengan Tuhan, rasa sulit bagi Roh Kudus menyingkapkan masalah tersembunyi ini. Terus terang, aku saja tidak merasakan hal ini, sampai Roh Kudus menyingkapkannya.
Istri : Aku sudah hidup sebagai istrimu puluhan tahun, memang aku merasakan ada sesuatu yang sepertinya tersembunyi. Tapi aku tidak tahu, dan tidak bisa mengungkapkannya. Cuma Roh Kudus yang dapat menyingkapkan tirai dalam hidupmu, sehingga kamu bisa melihat bahwa ada berhala dalam hartimu.
Suami : Galatia 5 : 20 - 21 penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.. Sekarang aku tidak mau menyembah diriku lagi. Aku hanya mau Bapa di Surga memegang tanganku, menuntunku, membimbingku. Aku mau bertobat dan meninggalkan berhalaku.
Sang Istri memegang tangan suaminya seakan memberi semangat dan pengertiannya.
Istri : Pagi ini Tuhan memberikan kasih karunia yang begitu besar bagi keluarga kita, sayang. Pertobatan dan perubahanmu pasti menjadi berkat bagi keluarga kita. Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.
Ditulis Berdasarkan Kisah Nyata
(Hanbeng - Lydia)
0 Response to "MEMBANGUN HUBUNGAN PRIBADI DENGAN TUHAN"