PANGGILAN UNTUK MENIKAH (2)
Amsal 11:29a (TB) Siapa yang mengacaukan rumah tangganya akan menangkap angin
Selain suami dan isteri, di dalam pernikahan (keluarga) ada orang-orang dan peran-peran lain yang juga memiliki bagian di dalam membangun kehidupan berkeluarga.
Setiap pihak harus saling berelasi dan berinteraksi dengan benar agar kehidupan pernikahan (keluarga) dapat berjalan dengan baik.
Apa bila ada salah satu bagian yang timpang dapat mengacaukan rumah tangga karena setiap orang di dalamnya saling mempengaruhi dalam proses pertumbuhan bersama dalam sebuah keluarga.
Semua ini juga menjadi bagian dari rencana dan tujuan Allah bagi pernikahan kita.
Beberapa di antaranya adalah :
4. Bagi orang tua, pernikahan (keluarga) adalah panggilan untuk mempersiapkan generasi penerus atau keturunan ilahi bagi dunia.
Efesus 6:4 (TB) Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.
Di dalam mempersiapkan anak-anak agar mampu menjadi generasi berikutnya untuk melanjutkan misi dan mandat Tuhan bagi dunia ini, orang tua perlu membekali mereka dengan :
> pengetahuan dan ketrampilan, termasuk life skill dan kesempatan untuk mengembangkan poteansi dan talenta mereka.
> Nilai-nilai yang benar, yang akan menjadi patokan bagi hidup mereka, baik berupa nilai- nilai moral, nilai-nilai etika, juga nilai- nilai rohani yang harus menjadi kompas dan standard di dalam setiap langkah mereka.
> Mempersiapkan hati dan roh mereka secara psikologis dan secara rohani untuk mengenal dan melibatkan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan mereka.
Orang tua adalah gambaran awal seorang anak mengenal Tuhannya, maka perlakuan kita terhadap mereka pun harus memberikan gambaran bagi mereka tentang Tuhan.
Image ini akan mempengaruhi gambar diri dan kehidupan seorang anak hingga masa dewasanya.
Orang tua yang penuh kasih, bertanggung jawab, adil dan dapat dipercaya akan memudahkan seorang anak untuk menerima dan mengimani sosok Allah yang notabene tidak dapat dilihatnya.
Sebaliknya orang tua yang kasar, menyakiti hati dan tidak bertanggung jawab akan menyulitkan seorang anak untuk memahami konsep Bapa Sorgawi yang maha kasih bagi dirinya.
Ada anak-anak yang 'mudah' dan ada anak-anak yang 'sulit'
Pada saat Tuhan menempatkan seorang anak di tengah-tengah sebuah keluarga, maka Tuhan sudah mempersiapkan segala yang diperlukan bagi orang tuanya untuk mengasuh, merawat, dan mendidiknya, termasuk di dalamnya :
> Hikmat dan kemampuan untuk mengasihi mereka dengan adil tanpa pilih kasih dan tanpa mengharapkan balasan.
> Kesabaran dan kebijaksanaan di dalam menghadapi setiap tantangan di dalam membesarkan dan menolong mereka dalam setiap tahapan kehidupan yang mereka lalui.
> Pengampunan tanpa batas bagi kesalahan-kesalahan dan masalah-masalah yang mereka lakukan dan timbulkan selama berada di bawah tanggung jawab kita.
> Kasih karunia untuk terus bertahan dan berjuang ketika rasanya semuanya begitu berat dan melelahkan, atau bahkan mustahil untuk dilakukan.
Dengan mentaati panggilan untuk menjadi orang tua yang mengasihi dan bertanggung jawab, mereka akan menghasilkan anak-anak panah di tangan pahlawan yang siap dipakai untuk pekerjaan Tuhan.
Mazmur 127:3-4 (TB) Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah.
Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda.
5. Bagi adik kakak, keluarga adalah panggilan untuk saling menolong
Amsal 17:17 (TB) Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.
Seorang sahabat yang baik diibaratkan seperti seorang saudara, karena saudara, yang dengannya kita hidup dan tumbuh bersama, semestinya adalah orang-orang yang selalu ada untuk satu sama lain, saling mengasihi dan saling menolong.
Seharusnya, dengan kakak dan adik kita lah kita dapat berbagi, baik di dalam kegembiraan maupun kesukaran.
Ironisnya, banyak saudara sekandung yang justru saling bersaing, saling membenci dan saling menjatuhkan.
Banyak alasan yang bisa menyebabkan hal-hal seperti ini, dan orang tua berperan sangat besar di dalamnya.
Apakah orang tua menciptakan suasana yang aman, harmonis dan penuh kasih di rumah?
Apakah orang tua memperlakukan dan mengasihi semua anak-anaknya dengan adil?
Apakah orang tua mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai yang benar di dalam keluarga secara konsisten sejak anak-anak masih kecil?
Tetapi terlepas dari itu, kita semua sudah ditebus dan menjadi ciptaan baru, yang sudah dipulihkan dan mengerti kebenaran.
Jadi seandainya ada di antara kita yang masih memiliki masalah dengan saudara kita, marilah kita mematahkan setiap pola yang tidak benar, melepaskan pengampunan, mengupayakan pemulihan hubugan, dan berjalan sesuai dengan panggilan kita untuk menjadi saudara yang sejati bagi kakak dan adik kita.
Matius 5:23-24 (TB) Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau,
tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.
6. Bagi anak, keluarga adalah panggilan untuk menghormati orang tua dan mempersiapkan masa depan.
Efesus 6:2-3 (TB) Hormatilah ayahmu dan ibumu — ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini:
supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi.
Menghormati orang tua adalah panggilan seorang anak.
Terlepas dari keadaan dan perlakuan orang tuanya terhadap dirinya, seorang anak tetap dipanggil untuk menghormati orang tuanya.
Ada orang tua yang terlalu memanjakan anaknya, ada orang tua yang pilih kasih dan berlaku tidak adil, ada orang tua yang cenderung mengabaikan anaknya, ada orang tua yang terlalu mengekang dan mengatur kehidupan anaknya, ada juga orang tua yang merasa terbebani, atau bahkan menolak dan meninggalkan anaknya.
Kondisi-kondisi seperti ini tentunya akan meninggalkan luka hati dan bahkan trauma dan kepahitan bagi anak-anak.
Kemudian setelah masuk ke dalam pernikahan, kita akan berelasi dengan ayah mertua, ibu mertua dan para ipar.
Hubungan ini pun bisa menimbulkan konflik, sakit hati dan kepahitan.
Seandainya kita diberkati dengan orang tua (dan mertua) yang baik, maka untuk menghormati mereka tidak akan menjadi perkara yang sulit.
Akan tetapi, seandainya tidak demikian keadaannya, maka sebagai anak2 Tuhan yang telah ditebus oleh darah Kristus, kita akan dimampukan untuk melakukan panggilan kita sebagai anak untuk menghormati orang tua (dan mertua) kita, seperti apapun keadaan dan perlakuan mereka pada kita.
Bahkan bukan tidak mungkin sikap ini yang akan menjadi kesaksian bagi mereka dan merubahkan hati dan sikap mereka, karena pada saat kita melakukan bagian kita sesuai dengan panggilan-Nya, Tuhan akan bekerja melakukan bagiannya untuk menjadikan segala sesuatu baik adanya.
Proses penerimaan, pengampunan dan rekonsiliasi ini sangat penting di dalam proses pertumbuhan kita, baik secara psikologis maupun secara rohani, karena setiap kepahitan dan kebencian akan menjadi penghalang untuk kita mengalami sukacita, damai sejahtera dan berkat Tuhan.
Kepahitan juga akan membatasi kemampuan dan keinginan kita untuk menjadi berkat bagi orang lain.
Hanya dengan melepaskan setiap luka hati dan pengampunan lah kita dapat dipulihkan dan melangkah maju menuju masa depan yang penuh harapan seperti yang Tuhan janjikan.
Roma 8:28 (TB) Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
Tuhan Yesus memberkati
(Chandra - Sansan)
0 Response to "PANGGILAN UNTUK MENIKAH (2)"