Iklan

PANGGILAN UNTUK MENIKAH

Kejadian 1:28 (TB)  Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." 


Setelah Allah memberkati (menikahkan) Adam dan Hawa, allah memberi mereka mandat (tugas) untuk dilakukan.


Jadi, sejak semula, pernikahan memang dimaksudkan sebagai panggilan ilahi, didirikan oleh Allah untuk menggenapi kehendak dan rencana-Nya bagi dunia.


Berbeda dengan pandangan umum (dunia) bahwa menikah adalah untuk berbahagia, di dalam iman Kristiani, pernikahan adalah wadah dan sarana yang dipakai Tuhan untuk :

> Memproses kehidupan orang-orang di dalamnya (suami dan isteri) menuju pertumbuhan dan kedewasaan rohani.

> Menjadi cerminan kasih Tuhan melalui hubungan antar orang-orang di dalamnya sehingga dunia melihat Kristus melaluinya.

> Menjadi sarana untuk menjangkau dan memberkati dunia di sekitar mereka.

> Menjadi unit-unit terkecil executor (pelaksana) rencana besar Allah bagi dunia ini.


Pernikahan Kristiani juga merupakan sebuah 3 partied covenant (perjanjian 3 pihak) yang bukan saja mengikat suami dan isteri, tetapi juga mengikat suami-istri di dalam pernikahan itu dengan Tuhan sebagai yang empunya pernikahan.


Artinya, bukan saja Allah hadir di tengah-tengah pernikahan kita, akan tetapi kita sebagai suami-istri di dalam pernikahan ini juga dipanggil dan dikhususkan untuk melayani Tuhan melalui pernikahan kita.


Kebahagiaan sendiri bukanlah tujuan dari sebuah pernikahan kristiani, melainkan berkat (blessing) dan hasil (outcome) ketika kita menjalankan panggilan ini sesuai dengan kehendak Tuhan.


Apa saja panggilan di dalam sebuah pernikahan?

1. Bagi suami,  pernikahan adalah panggilan untuk mengasihi


Kolose 3:19 (TB)  Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. 


Seperti apapun keadaan isterimu saat ini,  panggilan seorang suami adalah untuk mengasihi isterinya.

Mungkin penampilannya tidak lagi semenarik dulu, mungkin cerewet dan galaknya lebih parah dari sebelumnya, mungkin juga dia melakukan banyak hal yang menyakiti hatimu.


Tetapi panggilan seorang suami adalah untuk mengasihi isterinya, bukan untuk merubahnya, bukan untuk menghukumnya, dan bukan untuk meninggalkannya.

Dengan setia kepada panggilannya untuk mengasihi, berarti suami mengijinkan Tuhan untuk secara leluasa memakai dirinya untuk memproses isterinya supaya pada akhirnya rencana Allah atas pernikahan mereka bisa tergenapi.


2. Bagi isteri, pernikahan adalah panggilan untuk tunduk (menghormati)


Kolose 3:18 (TB)  Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. 


Suami adalah kepala, dan isteri adalah penolong.

Jadi, apapun keadaan suamimu saat ini, dengan mentaati panggilan untuk tunduk dan hormat pada suami, isteri akan menolong suaminya berproses untuk menjadi 'kepala' dalam rumah tangganya


Mungkin saat ini suamimu dalam keadaan menganggur dan tidak menghasilkan uang.

Mungkin dia suka mabuk dan berjudi.

Selama tidak ada Firman Tuhan yang dilanggar, maka sebagai isteri, engkau dipanggil untuk menghormati dan tunduk pada suamimu, memberinya ruang untuk bertumbuh, dan mengijinkannya menjadi kepala yang dihormati di dalam keluarganya.


3. Bagi suami isteri, pernikahan adalah panggilan untuk menguasai bumi


1 Petrus 3:7 (TB)  Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang. 


Bersama dengan isterinya, seorang suami akan membangun sebuah "partnership" untuk menerima "kehidupan" yang adalah kasih karunia Allah bagi kesatuan seorang pria dan seorang wanita di dalam sebuah pernikahan.


Jadi sesungguhnya pernikahan kita jauh lebih besar daripada sekedar suatu hubungan percintaan belaka, jauh lebih mulia daripada sekedar naluri untuk melanjutkan keturunan, dan jauh lebih luas daripada sekedar fragmen dalam standard rutinitas kehidupan yang harus dilalui seseorang (lahir, dewasa, bekerja, menikah, tua, meninggal)


Karena menikah bukan hanya perkara memiliki anak, menjadi sukses, berlibur bersama ataupun memiliki teman di hari tua, tetapi ada mandat untuk menjangkau sesama, ada visi untuk kekekalan, dan ada misi untuk memuliakan Nama Tuhan di dalamnya.


Sudahkah setiap kita menyadari panggilan pernikahan kita?

Apakah kita memiliki visi dan misi yang sama dengan Tuhan bagi pernikahan kita?


Investasi apa yang sudah kita lakukan di dalam pernikahan kita?

Apakah hanya investasi materi dan afeksi bagi kesenangan duniawi belaka?

Atau sudahkah kita berinvestasi bagi pertumbuhan rohani dan tujuan ilahi yang Tuhan titipkan di dalam pernikahan kita?


1 Korintus 10:31 (TB)  Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain (termasuk menikah dan berkeluarga), lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.


Tuhan Yesus memberkati


(Chandra - Sansan)



0 Response to "PANGGILAN UNTUK MENIKAH"

ABOUT THIS BLOG

Beleza

Renungan Harian

Cari Blog Ini

Blog Archive

Cari Blog Ini

Top Social

Follow this blog with bloglovin

Follow this blog with bloglovin

Latest Pin

Recent Post